Selasa, 05 Juni 2012

Sejarah

sumber photo : ski-salman.blogspot.com

         

        Sejarah adalah kisah manusia dalam hidupnya yang harus dijalani dan harus hidup dalam  hidupnya. Dalam waktu ini, banyak dari mereka yang melupakannya, padahal apabila mereka mau belajar dari sejarah, pasti akan mengerti apa arti jati diri dan apa arti dari kebijaksanaan.

        Untuk menerapkan arti kisah sejarah, mereka harus belajar dari hati mereka sendiri dan tanpa ada paksaan. Agar mereka tahu dan bisa membenahi sikapnya dalam bertindak, seperti : saling berkelahi, saling membunuh, padahal pada jaman dahulu nenek moyang kita saling bahu-membahu untuk melawan para penjajah demi menjadikan bangsa ini bebas (merdeka).



Pesan ini kutulis semata-mata agar mereka bercermin agar tidak melupakan sejarah.

Senin, 04 Juni 2012

Eropa Bersatu


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
      Setelah Perang Dunia 2 berakhir, keadaan Eropa sangat kacau dan semakin parah sehingga Eropa tenggelam dalam kesengsaraan dan penderitaan. Amerika Serikat muncul sebagai negara kreditor bagi seluruh dunia. Amerika Serikat mengetahui bahwa Eropa yang rusak akan mudah dicengkeram oleh Rusia dengan komunismenya, karena itu Eropa dan juga negara lainnya harus dibantu. Berkaitan dengan itu ada beberapa lembaga donatur di antaranya:
§   Truman Doctrine (1947), lembaga ini memberi bantuan ekonomi dan militer kepada Yunani dan Turki.
§   Marshall Plan (1947), lembaga ini memberi bantuan ekonomi dan militer untuk membangun kembali ekonomi atas rencana yang terlebih dahulu dibuat oleh negara-negara Eropa dan disetujui oleh Amerika Serikat.
§   Point Four Truman. Lembaga ini memberi bantuan kepada negara-negara yang masih memerlukan bantuan di Asia, dalam bentuk bantuan ekonomi dan militer (Mutual Security Act = MSA).
§   Colombo Plan (ciptaan Inggris), lembaga ini mengutamakan kerja sama antar negara di bidang ekonomi dan kebudayaan.

1.2.Rumusan Masalah

1.2.1.      Seperti apa keadaan Eropa setelah Perang Dunia 2?
1.2.2.      Perjanjian apa saja yang di upayakan guna menjadikan Eropa Bersatu?

1.3.Tujuan
1.3.1.      Agar pembaca mampu menguraikan keadaan Eropa setelah Perang Dunia 2.
1.3.2.      Untuk ke depan, pembaca mampu memberi pokok-pokok penjelasan tentang Eropa setelah Perang Dunia 2.

1.4.Manfaat
1.4.1.      Pembaca mampu merevisi ulang  berkaitan dengan hal-hal yang tidak semestinya dicantumkan dalam makalah ini.
1.4.2.      Pembaca mempunyai tambahan wawasan tentang bersatunya Eropa setelah Perang Dunia 2  membaca isi dari makalah ini.




















BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Keadaan Eropa setelah Perang Dunia 2
            Setelah berakhirnya Perang dunia 2, benua Eropa telah menjadi daerah yang luluh lantak akibat pertempuran dan kebutuhan menggunakan hampir semua sumber daya dan investasi untuk usaha peperangan. Peperangan membinasakan tidak hanya bangunan, infrastruktur tetapi tentunya juga bisnis dan kehidupan masyarakat. Orang Eropa menemukan diri mereka sendiri mengahadapi tugas yang besar membangun kembali masyarakat Eropa secara ekonomi, politik, budaya dan ketika mereka mulai, ada keperihatinan diseluruh benua bahwa sistem ekonomi dan politik sebelumnya telah gagal. Dari keprihatinan ini timbullah kesediaan untuk melepaskan aspek-aspek kedaulatan nasional tertentu untuk kebaikan politik dan ekonomi yang lebih besar. Karena sistem politik yang dikenal sebelum dan selama Perang Dunia 2 telah dibinasakan atau diragukan, maka jelas bahwa Eropa memerlukan suatu langkah awal yang segar. Sementara sebagian besar orang Eropa memahami perlunya menetapkan ekonomi pasar bebas dan demokrasi nasional, banyak yang mengemukakan alasan untuk suatu kerja sama seluruh benua yang lebih besar. Sebagian besar dukungan untuk kesatuan Eropa datang dari gerakan perlawanan yang terbentuk selama perang. Sepanjang peperangan, pejuang perlawanan mengesampikan konflik ideologis nasional mereka untuk memerangi sasaran bersama. Salah seorang pendukung yang sangat bersemangat untuk Eropa bersatu adalah seorang pejuang perlawanan italia, Altiero Spinelli. Pada tahun 1944, spinelli memberikan argumentasi untuk “sebuah Eropa federal dengan sebuah konstitusi tertulis, kepada masyarakat Eropa dan bukan kepeda pemerintah nasional, berikut sebuah angkatan perang di bawah kendalinya, dengan tidak ada kekuatan militer lain yang d2zinkan.
            Meskipun demikian, akhir peperangan membawa banyak perubahan di Eropa, dan dengan perubahan itu, dukungan untuk Eropa Serikat ( United States of Europe ) menyusut. Para pemimpin politik yang dipenjara atau diasingkan muncul kembali di negara mereka masing-masing. Pembagian ideologi dan tradisi antara orang sosialis, komunis, dan 1 Derek Urwin, 1991, The Community of Europe : A History of European Integration since 1945, NewYork : Longman, hal. 8 2 konservatif yang telah dikesampingkan selama gerakan perlawanan muncul kembali.
            Kemunculan Perang Dingin dan pembagian Eropa mengakibatkan pudarnya mimpi mengenai suatu Eropa bersatu. Banyak dari penganjur Kesatuan Eropa yang lebih besar, termasuk Winston Churcill dari Inggris, kehilangan kekuasaan politik di negara-negara mereka sendiri. Selain faktor-faktor ini, sebagai persoalan praktis, banyak orang Eropa yang menaruh perhatian bukan terhadap debat filosofis tentang politik dan ekonomi tetapi dengan permasalahan dasar seperti persediaan makanan, bahan bakar, tempat berlindung, dan rekonstruksi fisik. Adalah sulit untuk berpikir dalam kaitan dengan unifikasi Eropa Raya ketika susah untuk mencari makanan. Untuk membantu orang Eropa kembali membumi dan mendorong terbentuknya pemerintah yang kuat dan bersahabat, Menteri Luar Negeri AS George C. Marshall merekomendasikan agar Amerika Serikat menyediakan sejumlah besar bantuan keuangan kepada negara-negara Eropa untuk membantu rekonstruksi mereka. Dengan demikian lahirlah Rencana Marshall ( Marshall Plan ), yang sangat berhasil.2 Rencana itu terwujud ke dalam tindakan pada tahun 1948, dan pada kurtal pertama 1950, produksi industri Eropa telah mencapai 138 persen, melampaui tingkat yang dicapai tahun 1938, tahun terakhir perdamaian di Eropa secara umum. Dalam rangka memudahkan implementasi Marshall Plan dan memastikan integrasi ekonomi di dalam Eropa, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi Eropa ( Organization for Europen Economic Cooperation- OEEC ) didirikan pada tahun 1947. OEEC mengawasi distribusi bantuan AS dari Marshall Plan. Setelah tugas mengatur Marshall Plan selesai, OEEC melanjutkan perannya mendorong hubungan ekonomi dan perdagangan di antara berbagai negara.
            Pada tahun 1961, OEEC menjadi organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan ( Organization for Economic Cooperation and Development- OECD ). Pada tahun 1948, tiga diantara negara Eropa paling kecil Belanda, Belgia, dan Luxemburg membentuk Perserikatan Benelux ( Benelux Union ). Walaupun Perserikatan Benelux merencanakan untuk bergabung dalam suatu perserikatan ekonomi penuh di masa datang, semula itu hanya sebuah perserikatan kapabeanan ( Custom Union ). Organisasi ketiga, Uni Eropa Barat ( Western European Union- WEU ), diciptakan tahun 1948. WEU terdiri dari Inggris, Prancis,Belgia,Belanda,dan Luxemburg. Organisasi itu diberikan “ untuk kolaborasi dalam masalah ekonomi, sosial dan budaya serta untuk bela diri kolektif.” 2 Martin Walker, 1997 . “ George Marshall: His Plan Helped Rebuild Europe, “ Europe, hal 22-23; ,Martin Walker, “ From Acheson to Albright, “ ibid., hal. 24-25 3 Pendirian Organisasi Pakta Atlantik Utara ( North Atlantic Treaty Organization-NATO), yang meyediakan suatu mekanisme untuk keamanan militer, membuat WEU tidak diperlukan. Dua belas negara (Amerika serikat, Kanada, dan 10 Negara Eropa Barat) membentuk NATO pada tahun 1949, sebagian besar untuk menjaga dari ancaman Soviet. Amerika Serikat adalah pemimpin dalam pembentukan NATO dan terus memainkan peran dominan. NATO dewasa ini mempunyai 19 anggota, mencakup ketiga blok negara-negara bekas Soviet, Republik Cekoslovakia, Hongaria, dan Polandia, yang diterima tahun 1999 sebagai anggota paling baru. Dalam sebuah langkah lain yang memperlihatkan bagaimana NATO telah bergerak jauh di luar tujuan aslinya, NATO telah menyetujui persekutuan dengan Rusia. Rusia berhak berbicara dalam keputusan-keputusan NATO tertentu.3 Meskipun NATO menggantikan kebutuhan akan WEU, namun WEU menunjukkan bahwa Kerja Sama Eropa adalah memungkinkan berbagai hal di luar perekonomian. Di antara kerja sama yang dihasilkan oleh organisasi ini dan lainnya timbul benih untuk integrasi Eropa yang lebih besar, yang tumbuh dengan cepatnya menjadi apa yang yang kini dikenal sebagai Uni Eropa( European Union-UE).
            Selain kerja sama Eropa untuk membangun kembali perekonomian Eropa, ada juga suatu perasaan mendesak agar kehancuran akibat Perang Dunia 2 harus tidak akan terjadi lagi. Pikiran Eropa bahwa jika hubungan semakin dekat telah terbentuk di antara ekonomi negara-negara Eropa, maka kehancuran karena peperangan bisa dicegah. Sejarah awal Uni Eropa menunjukkan bahwa integrasi Eropa sebagian besar adalah suatu pergerakan kontinental Eropa. Sungguhpun Winston Churchill dari Inggris pada tahun 1945 menuntut pembangunan semacam Eropa Serikat, Inggris tidak ikut mencampuri proses itu sampah sampai tahun 1970-an. Inggris yang pada awalnya tidak ikut mencampuri Uni Eropa karena beberapa pertimbangan termasuk perhatian tentang masalah yang berhubungan dengan musuh lamanya, Prancis, dan perhatian tentang kehilangan statusnya sebagai negara besar dengan menjadi sama dengan negara-negara Eropa lain. Tahun 1950-an menyaksikan pembentukan tiga Masyarakat Eropa yang terpisah namun berhubungan. Tiga masyarakat itu digabungkan untuk menciptakan apa yang kini disebut Uni Eropa. Pada tahun 1952, enam negara Negara Eropa ( Prancis,Jerman,Italia,Belanda,Belgia dan Luxemburg ) rmemulai dengan menciptakan Masyarakat Baja dan Batubara Eropa (European Coal and Steel Community-EC&SC), yang pertama dari ketiga masyarakat. Pada tahun 1957, keenam 3 “ NATO, Russia Agree to Partnership,” The Wall Street Journal, 15 Mei 2002, hal. A 14. 4 negara itu menciptakan dua masyarakat lainnya dengan menandatangani dua Perjanjian Roma, yang mulai berlaku tahun 1958. Salah satu dari Perjanjian Roma itu menciptakan Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community-EEC), dan yang lain menciptakan Masyarakat Tenaga Atom Eropa (European Atomic Energy Comunity– Euratom). Tujuan EEC adalah untuk memperluas pasar bersama untuk batubara dan baja ke semua sektor ekonomi. Euratom mencoba untuk mengintegrasikan perekonomian Eropa ke satu sektor pada waktu yang sama. Ini kemudian terbukti tidak efektif dengan kemunculan EEC sebagai yang dominan diantara ketiga Masyarakat Eropa. Ketiga organisasi ini, ECSC, EEC, dan Euratom bergabung menjadi satu wadah tunggal yang kemudian dikenal sebaga EC ( European Community ). Sebagai sebuah komunitas, EC mempunyai lembaga-lembaga sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Roma, yaitu lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.4 Fungsi eksekutif EC dijalankan oleh Commision (Komosi Eropa), Council of Ministers (Dewan Menteri) dan European Council (Dewan Eropa). Pada awalnya ECSC, Euratom dan EEC masing-masing mempunyai komisi yang terpisah, tetapi pada tahun 1967 ketiga komisi dari ketiga lembaga tersebut dijadikan satu tetapi tetap melayani semuanya. Fungsi yudikatif dijalankan oleh ECJ (European Court of Justice). Di dalam ECJ masing-masing negara mempunyai seorang wakil hakim. Masing-masing hakim tersebut umumnya dibantu oleh sembilan advocates-general yang membantu tugas tugas hakim tersebut. Maka kerja hakim di ECJ berlangsung selama enam tahun dan dipilih oleh pemerintah masing-masing negaranegara anggota. Fungsi legislatif komunitas Eropa dijalankan oleh EP (European Parliment). Di antara lembaga-lembaga lain, Parlemen Eropa dianggap paling powerless, karena anggotaanggotanya hanya mempunyai pengaruh yang terbatas. Secara normatif lembaga ini menjalankan pengaruhnya melalui cara-cara berikut; pertama proses legislasi (melalui empat prosedur: konsultatif, kerjasama, keputusan bersama dan persetujuan), kedua dalam bidang anggaran dan ketiga melalui kontrol dan supervisi eksekutif.5 Dari jumlah anggota awal enam negara, sampai dengan tahun 1995, anggota EC menjadi 15 negara, dan pada tahun 2005 menjadi 25 negara meliputi negara-negara bekas Eropa Timur. Perubahan penting yang layak dicatat dalam proses integrasi Eropa adalah 4 Neil Nugent, 2000, The Government and Politics of The European Union, Houndmils : Macmillan Press, Ltd, hal, 99 5 Klaus-Dieter Borchardt, , 2000, The ABC of Community Law, Brussel : Directorate General for education and Culture, European Commission, hal 72. 5 terbentuknya SEA (Single European Act) pada tahun 1987 yang memberikan amandemen besar terhadap perjanjian Roma. Selain memfasilitasi reformasi kelembagaan dan perluasan kompetensi kebijakan EC, SEA juga memiliki daftar untuk melengkapi program pasar internal EC. Keberadaan SEA ini telah menyadarkan para pemimpin negara-negara anggota EC dari debat panjang tentang sifat dan ruang lingkup integrasi Eropa. SEA berupaya untuk menciptakan area tanpa batasan-batasan internal dimana bisa menjamin arus perpindahan manusia, modal, barang dan jasa. Lebih jauh, dalam bidang kelembagaan, SEA berupaya mereformasi proses pembuatan keputusan yang sering macet dan mempercepat proses tersebut.6 Dengan Perjanjian Maastricht yang ditandatangani pada 7 Februari 1992, komunitas Eropa berubah menjadi suatu kesatuan atau disebut EU (European Union). EU merupakan integrasi yang lebih komprehensif dari negara-negara Eropa yang dibangun berdasarkan tiga pilar utama yaitu; EC, CFSP (common foreign and security policy) serta keadilan dan masalah-masalah domestik. Pada tahun 1973, Inggris bersama Irlandia dan Denmark, akhirnya bergabung dengan Uni Eropa. Karena menunggu begitu lama untuk bergabung, Inggris menyerahkan kepada Prancis, Jerman, Italia, serta ketiga negara asal yang lebih kecil ( Belgia, Luksemburg, dan Belanda) setiap suara yang sebenarnya dapat dimiliki dalam pembentukan apa yang kemudian bernama Uni Eropa.
            Jerman dan Italia yang baru saja dikalahkan dalam Perang Dunia 2 dan ketiga negara asal yang lebih kecil itu terlalu kecil untuk memainkan peran kepemimpinan yang berarti, dan dengan demikian tanggung jawab untuk menciptakan suatu Eropa bersatu sebagian besar jatuh kepada Prancis. Sebagai akibatnya, Uni Eropa dewasa ini menunjukkan dengan jelas tanda-tanda pengaruh awal dari Prancis. Pada saat Inggris bergabung pada tahun 1973, orang Inggris diharuskan untuk menyesuaikan diri dengan umumnya institusi Prancis, yang membuat transisi mereka ke dalam Uni Eropa bahkan lebih sulit. Sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an, Uni Eropa terus memperluas diri dengan menambahkanYunani (1981), Spanyol (1986), Portugis (1986), Austria (1995), dan Swedia (1995). Penambahan itu mengakibatkan banyaknya negara anggota menjadi 15, yang merupakan jumlah yang sekarang.
2.2. Perjanjian Perdamaian
            Berakhirnya Perang Dunia ke-2 (PD 2) membawa perubahan besar negara-negara di dunia ini, dengan banyaknya negara-negara baru lahir saat itu (termasuk negara kita Indonesia (yang merdeka tahun 1945) juga dengan bermunculannya organisasi-organisasi kerja-sama antar negara, terutama di tingkat regional, semisal NAFTA (kerjasama antar negara-negara Amerika Utara), ASEAN, MERCOSUR (kerjasama antar negara-negara Amerika Selatan) dan Uni Eropa (UE). Terlepas dari motif pendiriannya, hubungan antar negara ini bergerak menuju ke suatu tatanan dunia baru yang membuat batas negara menjadi kabur dan pengerucutan jumlah negara.
            Demikian juga dengan masyarakat Eropa, sekalipun PD 2 sudah dinyatakan berakhir tidak serta merta membuat perasaan aman di antara masyarakat Eropa. Ketegangan dan ancaman akan terjadinya perang dunia ke-2I antara blok Barat dan Timur dengan puncaknya pembangunan tembok pemisah antara Jerman Barat (yang dikuasai negara-negara Sekutu/Barat) dan Jerman Timur (yang dikuasai Uni Soviet/ blok Timur) tahun 1948, memaksa negara-negara Eropa untuk bersatu.
            Berikut ini adalah sejarah dan tahun-tahun perkembangan berdirinya Eropa bersatu :
Perjanjian Brussel (1948)
            WEU (Western European Union) sebuah himpunan negara-negara Eropa yang bekerjasama dalam bidang keamanan dan pertahanan yang beranggotakan : Inggris, Perancis, Belgia, Belanda dan Luksemburg. Dalam pertemuan ini menghasilkan perjanjian Brussel, yaitu perjanjian yang menyepakati kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan. Inilah cikal-bakal Eropa bersatu.

Dewan Eropa
(1949)
            Setahun setelah perjanjian Brussel, dibentuklah Dewan Eropa (Council of Europe) yang bertujuan untuk meraih kerjasama yang lebih besar diantara negara-negara yang memiliki kesamaan budaya dan tradisi. dari sini kita sudah dapat melihat bagaimana orang-orang Eropa mulai sadar bahwa mereka berasal dari satu rumpun dan leluhur yang sama, dan akan lebih baik jika mereka mulai bersatu atas dasar persamaan-persamaan yang mereka miliki. Inilah tunas yang mulai nampak untuk kembali bersatunya kerajaan Romawi yang telah hampir 1500 tahun tercerai-berai.
European Coal and Steel Community (1951)
            Dengan kesadaran untuk bersatu yang semakin besar, lalu 6 negara Industri Eropa (Belgia, Perancis, Italia, Luxemburg, Belanda, dan Jerman Barat) pada tanggal 25 Juli 1951 mendirikan ECSC (European Coal and Steel community) yaitu sebuah kerjasama dalam perdagangan batu bara dan baja, dimana pada akhirnya kerja sama ini melahirkan suatu zona ekonomi di Eropa.

Masyarakat Ekonomi Eropa (1957)
            Tepatnya pada tanggal 1-2 Juni 1955, para menlu 6 negara penandatangan ECSC bersidang di Messina, Italia memutuskan untuk memperluas integrasi Eropa ke semua bidang ekonomi. Pada tanggal 25 Maret 1957 di Roma diadakan pertemuan yang disebut Club of Rome (kelompok Roma)- yang kemudian berkembang menjadi wadah pertemuan eksklusif dan terhormat- lalu mereka menandatangani European Atomic Energy Community (EAEC) yaitu suatu organisasi baru yang lebih dikenal dengan nama European Economic Community (EEC) atau dalam bahasa Indonesia kita menyebutnya Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Pada tahun 1973, Penyatuan besi dan tanah liat digenapi Setelah sekian lama negara Denmark, Irlandia, dan terutama Inggris (yang memiliki kekayaan terbesar diantara negara-negara Eropa lainnya) menolak bergabung dalam kelompok Masyarakat Ekonomi Eropa, akhirnya pada tanggal 1 Januari 1973 mereka bergabung menjadi anggota MEE.
            Inilah penggenapan mimpi Nebukadnezar mengenai kaki patung yang terbuat dari besi bercampur dengan tanah liat, yaitu penyatuan negara-negara Eropa merupakan penyatuan negara-negara yang sangat berbeda baik dari segi kekuatan, kekayaan dan perbedaan ekonomi. Penyatuan negara-negara menjadi satu Konfederasi akan menyatukan semua perbedaan itu, hal ini tidak akan mudah karena negara-negara yang memiliki kemajuan ekonomi dan kekayaan yang besar seperti Inggris, Perancis, dan Jerman tidak akan mau begitu saja menyerahkan/ menyatukan kekayaannya untuk mendukung negara-negara lain yang lemah, apa lagi jika harus menggunakan mata uang yang sama, Inggris sebagai pemilik mata uang tertinggi di dunia akan mengalami kemerosotan oleh karena akan menutupi mata uang negara-negara lain yang rendah.
            Penyatuan mata uang pada tahun 1979 setelah melewati banyak perdebatan terutama dari negara-negara yang "lebih kuat" akhirnya pada tanggal 13 Maret 1979 MEE memperkenalkan mata uang ECU (European Currency Unit), mata uang ini berlaku atau dapat digunakan diseluruh Eropa. ECU diambil dari kata ecu yaitu mata uang kuno Perancis. Dan yang menariknya ECU di dalam bahasa Jerman adalah "ein ecu" yang penyebutannya "ein Kuh" yaitu kata yang sama untuk "sapi". Ingat Europa menunggangi sapi jantan.
            Pada tahun 1980, Parlemen eropa disahka Pada bulan Juni 1979 Parlemen Eropa (European parliament) dibentuk dan pada bulan Januari 1980 Parlemen tersebut disahkan. Penyatuan Eropa ini tidak menjadikannya menjadi SATU negara baru, namun menjadi suatu konfederasi yaitu suatu perserikatan antara negara-negara Eropa berdasarkan perjanjian atau undang-undang, persis seperti konfederasi Romawi dahulu, dalam menjalankan pemerintahannya mereka membentuk parlemen yang anggotanya dipilih langsung oleh seluruh warga Uni Eropa.
Eropa serikat resmi berdiri (1992)
            Dengan ditandatanganinya Treaty on European Union (TEU) pada tanggal 7 Februari 1992 dan akan diberlakukan pada tanggal 1 November 1993, maka dengan resmi mengubah European Communities (EC) menjadi European Union (EU) atau Uni Eropa (UE).
            Inilah tonggak berdirinya Eropa bersatu, disadari atau tidak oleh para pencetusnya, inilah Romawi baru yang bangkit kembali untuk menggenapi dan menyelesaikan sisa 7 tahun pemerintahan mereka sebelum Kristus datang memerintah di dunia ini. Hingga saat ini (per tahun 2007) UE telah beranggotakan 27 negara, namun kelak mereka hanya beranggotakan 10 Negara saja dengan 1 pemimpin.
            Kebanyakan dari mereka yang memiliki kesamaan-kesamaan akan melebur menjadi negara yang sama, sebagai contoh : Belanda, Luksemburg dan Belgia sudah dapat dikatakan satu, sebab mereka mrupakan satu rumpun; Demikian juga dengan Swedia, Denmark, dan Norwegia merupakan satu rumpun, yaitu Skandinavia. Atau sekalipun negara-negara tersebut tidak saling melebur, paling tidak negara-negara tersebut nantinya akan dibagi menjadi sepuluh zona atau kawasan.











BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Reaksi yang muncul dalam bentuk kerja sama di antara bangsa-bangsa di dunia. Salah satu berlatar belakang akibat Perang Dunia 2 ini mendorong masyarakat dunia untuk membentuk United Nation Relief and Rehabilitation Administration (UNRRA) dengan membantu masyarakat yang menderita dalam bentuk:
·         Memberikan makan orang-orang yang terlantar.
·         Mengurus pengungsi-pengungsi dan mempersatukan para anggota keluarga yang terpisah akibat perang.
·         Mendirikan rumah sakit dan balai pengobatan.
·         Mengerjakan kembali tanah-tanah yang telah rusak.
Kesengsaraan yang berkepanjangan akibat Perang Dunia 2 mendorong manusia untuk mewujudkan perdamaian yang abadi. Niat ini semakin kuat setelah Liga Bangsa-Bangsa gagal dalam usaha mencari perdamaian. Maka pada tahun 1946, Liga Bangsa-Bangsa dihapuskan dan diganti dengan United Nations Organization (UNO) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
3.2. Saran
            Kepada pembaca harus mencari sumber-sumber yang lain dalam mempelajari tentang Eropa Bersatu setelah Perang Dunia 2, yang nantinya apabila ada beberapa masalah segera bisa terselesaikan dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA

Kisah Prabu Siliwangi dan Mitos Maung Dalam Masyarakat Sunda


                                                  Sumber photo : betal-boyz.blogspot.com


         Dunia keilmuan Antropologi mengenal teori sistem simbol yang diintrodusir oleh Clifford Geertz, seorang Antropolog Amerika. Dalam bukunya yang berjudul Tafsir Kebudayaan (1992), Geertz menguraikan makna dibalik sistem simbol yang ada pada suatu kebudayaan. Antropolog yang terkenal di tanah air melalui karyanya “Religion of Java” itu menyatakan bahwa sistem simbol merefleksikan kebudayaan tertentu. Jadi, bila ingin menginterpretasi sebuah kebudayaan maka dapat dilakukan dengan menafsirkan sistem simbolnya.
Sistem simbol sendiri merupakan salah satu dari tiga unsur pembentuk kebudayaan. Kedua unsur lainnya adalah sistem nilai dan sistem pengetahuan. Menurut Geertz, relasi dari ketiga sistem tersebut adalah sistem majna (System of Meaning) yang berfungsi menginterpretasikan simbol dan, pada akhirnya, dapat menangkap sistem nilai dan pengetahuan dalam suatu kebudayaan.
Simbol maung dalam masyarakat Sunda terkait erat dengan legenda menghilangnya (nga-hyang) Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran yang dipimpinnya pasca penyerbuan pasukan Islam Banten dan Cirebon yang juga dipimpin oleh keturunan Prabu Siliwangi. Konon, untuk menghindari pertumpahan darah dengan anak cucunya yang telah memeluk Islam, Prabu Siliwangi beserta para pengikutnya yang masih setia memilih untuk tapadrawa di hutan sebelum akhirnya nga-hyang. Berdasarkan kepercayaan yang hidup di sebagian masyarakat Sunda, sebelum Prabu Siliwangi nga-hyang bersama para pengikutnya, beliau meninggalkan pesan atau wangsit yang dikemudian hari dikenal sebagai “wangsit siliwangi”.
      Salah satu bunyi wangsit yang populer di kalangan masyarakat Sunda adalah: “Lamun aing geus euweuh marengan sira, tuh deuleu tingkah polah maung”. Ada hal menarik berkaitan dengan kata-kata dalam wangsit tersebut: kata-kata itu termasuk kategori bahasa sunda yang kasar bila merujuk pada strata bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sunda Priangan (Undak Usuk Basa). Mengapa seorang raja berucap dalam bahasa yang tergolong “kasar”? Bukti sejarah menunjukkan bahwa kemunculan undak usuk basa dalam masyarakat Sunda terjadi karena adanya hegemoni budaya dan politik Mataram yang memang kental nuansa feodal, dan itu baru terjadi pada abad 17—beberapa sekian abad pasca Prabu Siliwangi tiada atau nga-hyang. Namun tinjauan historis tersebut bukanlah bertujuan melegitimasi wangsit itu sebagai kenyataan sejarah. Bagaimanapun, masih banyak kalangan yang mempertanyakan validitas dari wangsit itu sebagai fakta sejarah, termasuk penulis sendiri.
        Wangsit, yang bagi sebagian masyarakat Sunda itu sarat dengan filosofi kehidupan, menjadi semacam keyakinan bahwa Prabu Siliwangi telah bermetamorfosa menjadi maung (harimau) setelah tapadrawa (bertapa hingga akhir hidup) di hutan belantara. Yang menjadi pertanyaan besar: apakah memang pernyataan atau wangsit Siliwangi itu bermakna sebenarnya ataukah hanya kiasan? Realitasnya, hingga kini masih banyak masyarakat Sunda (bahkan juga yang non-Sunda) meyakini metamorfosa Prabu Siliwangi menjadi harimau. Selain itu, wangsit tersebut juga menjadi pedoman hidup bagi sebagian orang Sunda yang menganggap sifat-sifat maung seperti pemberani dan tegas, namun sangat menyayangi keluarga sebagai lelaku yang harus dijalani dalam kehidupan nyata.
         Dari sini kita melihat terungkapnya sistem nilai dari simbol maung dalam masyarakat Sunda. Ternyata maung yang memiliki sifat-sifat seperti yang telah disebutkan sebelumnya menyimpan suatu tata nilai yang terdapat pada kebudayaan masyarakat Sunda, khususnya yang berkaitan dengan aspek perilaku (behaviour).
        Kisah lain yang berkaitan dengan menjelmanya Prabu Siliwangi menjadi harimau adalah legenda hutan Sancang atau leuweung Sancang di Kabupaten Garut. Konon di hutan inilah Prabu Siliwangi beserta para loyalisnya menjelma menjadi harimau atau maung. Proses penjelmaannya pun terdapat dalam beragam versi. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ada yang mengatakan bahwa Prabu Siliwangi menjelma menjadi maung setelah menjalani tapadrawa. Tetapi ada pula sebagian masyarakat Sunda yang berkeyakinan bila Prabu Siliwangi dan para pengikutnya menjadi harimau karena keteguhan pendirian mereka untuk tidak memeluk agama Islam. Menurut kisah tersebut, Prabu Siliwangi menolak bujukan putranya yang telah menjadi Muslim, Kian Santang, untuk turut memeluk agama Islam. Keteguhan sikap itu yang mendorong penjelmaan Prabu Siliwangi dan para pengikutnya menjadi maung. Akhirnya, Prabu Siliwangi pun berubah menjadi harimau putih, sedangkan para pengikutnya menjelma menjadi harimau loreng.
Hingga kini kisah harimau putih sebagai penjelmaan Siliwangi itu masih dipercayai kebenarannya oleh masyarakat di sekitar hutan Sancang. Bahkan, kisah ini menjadi semacam kearifan lokal (local wisdom). Menurut masyarakat di sekitar hutan, bila ada pengunjung hutan  yang berperilaku buruk dan merusak kondisi ekologis hutan, maka ia akan “berhadapan” dengan harimau putih yang tak lain adalah Prabu Siliwangi. Tidak masuk akal memang, namun di sisi lain, hal demikian dapat dipandang sebagai sistem pengetahuan masyarakat yang berhubungan dengan ekologi. Masyarakat leuweung Sancang telah menyadari arti pentingnya keseimbangan ekosistem kehutanan, sehingga diperlukan instrumen pengendali perilaku manusia yang seringkali berhasrat merusak alam. Dan mitos harimau putih jelmaan Siliwangi lah yang menjadi instrumen kontrol sosial tersebut.
        Namun, serangkaian kisah yang mendeskripsikan korelasi antara Prabu Siliwangi dengan mitos maung itu tetap saja menyisakan pertanyaan besar, apakah itu semua merupakan fakta sejarah? Siapa Prabu Siliwangi sebenarnya dan darimanakah mitos maung itu muncul pertama kali?
Kekeliruan Tafsir
         Bila kita telusuri secara mendalam, niscaya tidak akan ditemukan bukti sejarah yang menghubungkan Prabu Siliwangi atau Kerajaan Pajajaran dengan simbol harimau. Adapun yang mengatakan bahwa harimau pernah menjadi simbol Pajajaran adalah salah satu tokoh Sunda sekaligus orang dekat Otto Iskandardinata (Pahlawan Nasional), Dadang Ibnu. Tetapi, lagi-lagi, tidak ada bukti sejarah Sunda yang dapat memperkuat hipotesa ini, baik itu Carita Parahyangan, Siksakanda Karesian, ataupun Wangsakerta. Bahkan mengenai lambang Kerajaan Pajajaran pun masih debatable, dikarenakan ada beragam versi lain yang mengemuka menyangkut lambang Pajajaran.
        Problem lain yang muncul berkaitan dengan kebenaran sejarah “maung Siliwangi” tersebut ialah rentang waktu yang cukup jauh antara masa ketika Prabu Siliwangi hidup dan memerintah dengan runtuhnya Kerajaan Pajajaran yang dalam mitos maung berakhir dengan penjelmaan Siliwangi dan para pengikut Pajajaran menjadi harimau di hutan Sancang. Penting untuk diketahui bahwa secara etimologis, Siliwangi, yang terdiri dari dua suku kata yaitu Silih (pengganti) dan Wangi, bermakna sebagai pengganti Prabu Wangi. Menurut para pujangga Sunda di masa lampau, Prabu Wangi merupakan julukan bagi Prabu Niskala Wastukancana yang berkuasa di Kerajaan Sunda-Galuh (ketika itu belum bernama Pajajaran) pada tahun 1371-1475. Lalu, nama Siliwangi yang berarti pengganti Prabu Wangi merupakan julukan bagi Prabu Jayadewata, cucu Prabu Wastukancana. Prabu Jayadewata yang berkuasa pada periode 1482-1521 dianggap mewarisi kebesaran Wastukancana oleh karena berhasil mempersatukan kembali Sunda-Galuh dalam satu naungan kerajaan Pajajaran. Sebelum Prabu Jayadewata berkuasa, Kerajaan Sunda-Galuh sempat terpecah. Putra Wastukancana (sekaligus ayah Prabu Jayadewata), Prabu Dewa Niskala, hanya menjadi penguasa kerajaan Galuh.
        Dipersatukannya kembali Sunda dan Galuh oleh Jayadewata, membuat beliau dipandang mewarisi kebesaran kakeknya, Prabu Wastukancana alias Prabu Wangi. Maka, para sastrawan atau pujangga Sunda ketika itu memberikan gelar Siliwangi bagi Prabu Jayadewata. Siliwangi memiliki arti pengganti atau pewaris Prabu Wangi. Jadi, raja Sunda Pajajaran yang dimaksud dalam sejarah sebagai Prabu Siliwangi adalah Prabu Jayadewata yang berkuasa dari tahun 1482-1521.
Lalu kapan sebenarnya Kerajaan Pajajaran runtuh? Apakah pada masa Prabu Jayadewata atau Siliwangi? Ternyata, sejarah mencatat ada lima raja lagi yang memerintah sepeninggal Prabu Jayadewata. Berikut ini periodisasi penerintahan raja-raja Pajajaran pasca wafatnya Jayadewata alias Siliwangi :
1.)   Prabu Surawisesa (1521-1535)
2.)   Prabu Ratu Dewata (1535-1543)
3.)   Ratu Sakti (1543-1551)
4.)   Prabu Nilakendra (1551-1567)
5.)   Prabu Raga Mulya (1567-1579)
        Pada masa pemerintahan Raga Mulya lah, tepatnya tahun 1579, Kerajaan Pajajaran mengalami kehancuran akibat serangan pasukan Kesultanan Banten yang dipimpin Maulana Yusuf. Peristiwa tersebut tercatat dalam Pustaka Rajyarajya Bhumi Nusantara parwa III sarga I halaman 219, sebagai berikut :
Pajajaran sirna ing bhumi ing ekadaci cuklapaksa Wesakhamasa saharsa punjul siki ikang cakakala.
Artinya :
Pajajaran lenyap dari muka bumi tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 Saka atau tanggal 8 Mei 1579 M.
        Kemudian bagaimana nasib Prabu Mulya? Sumber yang sama menyatakan bahwa Prabu Raga Mulya beserta para pengikutnya yang setia tewas dalam pertempuran mempertahankan ibukota Pajajaran yang ketika itu telah berpindah ke Pulasari, kawasan Pandeglang sekarang. Fakta sejarah tersebut menunjukkan bahwa keruntuhan kerajaan Pajajaran terjadi pada tahun 1579 atau 58 tahun setelah Prabu Siliwangi wafat. Berarti Prabu Siliwangi tidak pernah mengalami keruntuhan Kerajaan yang telah dipersatukannya. Raja yang mengalami kehancuran Kerajaan Pajajaran adalah Prabu Raga Mulya yang merupakan keturunan kelima Prabu Siliwangi atau janggawarengnya Prabu Siliwangi. Sementara Prabu Raga Mulya sendiri gugur dalam perang mempertahankan kedaulatan negerinya dari agresi Banten. Jadi, raja Pajajaran terakhir ini memang nga-hyang, namun bukan menjadi maung sebagaimana diyakini masyarakat Sunda selama ini melainkan gugur di medan tempur. Dari serangkaian bukti sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa mitos penjelmaan Prabu Siliwangi dan sisa-sisa prajurit Pajajaran menjadi harimau hanya sekedar mitos dan bukan fakta sejarah.
        Bila bukan fakta sejarah, darimana sebenarnya mitos maung yang selalu melekat pada kisah Siliwangi dan Pajajaran itu berasal? Pertanyaan ini dapat menemukan titik terang bila meninjau laporan ekspedisi seorang peneliti Belanda, Scipio, kepada Gubernur Jenderal VOC, Joanes Camphuijs, mengenai jejak sejarah istana Kerajaan Pajajaran di kawasan Pakuan (daerah Batutulis Bogor sekarang). Laporan penelitian yang ditulis pada tanggal 23 Desember 1687 tersebut berbunyi “dat hetselve paleijs en specialijck de verheven zitplaets van den getal tijgers bewaakt ent bewaart wort”, yang artinya: bahwa istana tersebut terutama sekali tempat duduk yang ditinggikan untuk raja “Jawa” Pajajaran sekarang masih berkabut dan dijaga serta dirawat oleh sejumlah besar harimau. Bahkan kabarnya salah satu anggota tim ekspedisi Scipio pun menjadi korban terkaman harimau ketika sedang melakukan tugasnya.
Temuan lapangan ekspedisi Scipio itu mengindikasikan bahwa kawasan Pakuan yang ratusan tahun sebelumnya merupakan pusat kerajaan Pajajaran telah berubah menjadi sarang harimau. Hal inilah yang menimbulkan mitos-mitos bernuansa mistis di kalangan penduduk sekitar Pakuan mengenai hubungan antara keberadaan harimau dan hilangnya Kerajaan Pajajaran. Berbasiskan pada laporan Scipio ini, dapat disimpulkan bila mitos maung lahir karena adanya kekeliruan sebagian masyarakat dalam menafsirkan realitas.
       Sesungguhnya, keberadaan harimau di pusat Kerajaan Pajajaran bukanlah hal yang aneh, mengingat kawasan tersebut sudah tidak berpenghuni pasca ditinggalkan sebagian besar penduduknya di penghujung masa kekuasaan Prabu Nilakendra—ratusan tahun sebelum tim Scipio melakukan ekspedisi penelitian. Sepeninggal para penduduk dan petinggi kerajaan, wilayah Pakuan berangsur-angsur menjadi hutan. Bukanlah suatu hal yang aneh bila akhirnya banyak harimau bercokol di kawasan yang telah berubah rupa menjadi leuweung tersebut.

sumber : http://m.berdikarionline.com/suluh/20120429/prabu-siliwangi-dan-mitos-maung-dalam-masyarakat-sunda.html

Rabu, 30 Mei 2012

Bangsa Mongol(Sejarah Asia Timur)


BAB 1
 PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Asal mula bangsa Mongol adalah dari masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol. Luar di sekitar danau Baikal dan pegunungan Altani tepatnya di bagian barat laut Cina. Sebenarnya mereka itu bukanlah suku nomad yang berpindah-pindah dari satu stepa ke stepa yang lain, walapun mereka menaklukkan banyak stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda. Mereka adalah penganut dari berbagai kepercayaan yang mirip dengan kepercayaan bangsa Indian di Amerika Utara.
Bangsa Mongol berasal dari seorang tokoh terkemuka setempat  yang bernama Alanja Khan. Ia memiliki dua orang putra, Tatar dan Mongol. Masing-masing keturunannya kemudian berkembang menjadi bangsa Mongol dan Tatar. Pada abad ke 13 kedua bangsa ini berselisih dan terlibat peperangan yang berakhir dengan kemenangan bangsa Mongol. Setelah menjadi bangsa besar dengan menggabungkan suku-suku yang ada , Mongol mulai melebarkan wilayahnya dengan menaklukan daerah yang sebelumnya dikuasai dinasti islam. Pada awalnya mereka belum memeluk islam, tetapi keturunan Khulagu Khan(1217-1265) kemudian menganut agama islam.
Pemimpin atau Khan bangsa Mongol yang pertama diketahui dalam sejarah adalah Yesugei. Ia adalah ayah Chinggis (Chingis atau Jengis). Chinggis aslinya bernama Temijin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril, seorang kepala suku Kereyt. Chinggis sebenarnya adalah gelar bagi Temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, atau juga disebut Chingis Khan atau Raya yang Agung, ketika ia berumur 44 tahun. Perlu diketahui juga, bahwasannya bangsa Mongol adalah bangsa yang pemberani dan tegar dalam berperang.
Kekaisaran Mongolia dipimpin oleh Khagan (Khan Agung keturunan Jenghis Khan) secara turun-temurun. Sesudah kematian Jenghis Khan, Kekaisaran Mongolia pada dasarnya terbagi menjadi empat bagian yaitu; Dinasti Yuan (Cina), Ilkhanate (Persia), Chagatai Khanate (Asia Tengah), dan Golden Horde (Rusia). Semua wilayah pembagian itu dipimpin oleh keturunan Jenghis Khan.Menurut ahli sejarah barat R.J. Rummel, diperkirakan sekitar 30 juta orang terbunuh dibawah pemerintahan Kekaisaran Mongolia dan sekitar setengah jumlah populasi Tiongkok habis dalam 50 tahun pemerintahan Mongolia.

1.2.  Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana Agama bangsa Mongol?
1.2.2. Bagaimana perkembangan Bangsa Mongol?
1.2.3. Siapakah Jengis Khan?
1.2.4. Siapakah Kubilai Khan?

1.3.  Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Agar pembaca mampu memahami bagaimana perkembangan Bangsa Mongol.
1.3.2. Agar pembaca mampu mengidentifikasi bagaimana peran tokoh-tokoh di dalam perkembangan bangsa Mongol
1.3.3. Agar pembaca mengetahui invasi-invasi yang dilakukan oleh para tokoh di dalam perkembangan Bangsa Mongol.
1.3.4. Menambah wawasan bagi pembaca tentang sebab dan bagaimana proses keruntuhan Kerajaan Mongol.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.  Agama Bangsa Mongol
Bangsa Mongol tidak memeluk salah satu agama samawi dari ketiga agama samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan pengikut agama Yahudi, Kristen dan Islam. Jengis Khan juga menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang yang dibuatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq. Disamping itu juga, Jengis Khan juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Sebagai konsekuensinya, rakyat Mongol harus menghormati rajanya tentara yang mau perperang harus diinspeksi terlebih dahulu dan perempuan harus siap membayar pajak jika lelakinya pergi berperang, ia juga mendirikan pos untuk mengetahui berita tentang kerajaanya, ia melarang penyerbuan terhadap agama, sekte agama dan mencegah terjadinya perbedaan dalam agama. Ternyata Jengis Khan ingin mengambil hati kaum muslimin dengan tidak mengusik kelompoknya, dan menghormati Nabi SAW, yang ketika itu Islam sudah meluas hingga ke wilayahnya, guna menghadapi tantangan dan meluaskan wilyah ke luar negeri, baik ke Cina maupun ke negeri-negeri Islam.

2.2.  Perkembangan Bangsa Mongol
Bangsa Mongol meluaskan wilayahnya ke Tibet (Cina barat laut), dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215. Selanjutnya menundukkan Turkestan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarazm Syah. Invasi Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Chinggis yang disertai oleh para saudagar Islam. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam, dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarazm 1219-1220, padahal sebelummnya, mereka justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di Samarkand yang di dalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi Hadits yang termasyhur, dihancurkan, Balk, dan kota-kota lain yang mempunyai peradapan Islam yang tinggi, di Asia Tengah juga tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin, penguasa Khawarazm yang berusaha meminta bantuan kepada khalifah Abbasiyah di Bagdad, menghindarkan diri dari serbuan Mongol, ia diburu oleh lawannya hingga ke India 1221, yang akhirnya ia lari ke Barat. Toluy, salah seorang anak Chinggis, diutus ke Khurrasan sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan Chaghatay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khawarazm.
Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas dibagi untuk empat orang putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227.Delapan pertama ialah Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagaian Barat dan Stepa Qipchaq yang membentang hingga Rusia selatan, di dalamnya terdapat Khawarazm. Namun ia meninggal dunia sebelum wafat ayahnya Jengis, dan wilayah warisannya itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu atau Orda. Batu mendirikan Horde (kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar berkembangnya Horde putih di Siberia Barat. Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian muncul sebagai ke khanan yang bermacam ragamnya di Rusia, Siberia dan Turkistan, termasuk di Crimea, Astrakhan, Qazan, Qasimov, Tiumen, Bukhara, dan Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa di Khawarazm dan Transoxania dalam abad ke 15 dan 16.
Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah berbentang ke Timur, sejak dari Transocania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina. Cabang barat dari keturunan Chaghatai yang bermukim di Tranxosania segera masuk ke dalam lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan Timur Lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan Chaghatay berkembang di Semirechye, Ili, T’ien Syan di Tamrin. Mereka lebih tahan terhadap pengaruh Islam, tetapi akhirnya mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah Turkistan Cina dan bertahan disana hingga abad ke XVII.
Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang terpilih oleh dewan Pimpinan Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan. Tetapi dua generasi Khan tertinggi jatuh ke tangan keturunan Toluy. Walaupun demikian, cucu Ogedey yang bernama Qaydu dapat mempertahankan wilayahnya di Pamirs dan Tien Syan, mereka berperang melawan anak turun Chaghatay dan Qubulay Khan, hingga ia meninggal dunia tahun 1301.
Keempat adalah Tuli, si bungsu mendapat bagian wilayah Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubulay menggantikan Ogedey sebagai Khan Agung. Mongke bertahan di Mongolia yang ber ibu kota di Qaraqarum. Sedangkan Qubulay Khan menaklukan Cina dan berkuasa disana yang dikenal sebagai dinasti Yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang kemudian digantikan dinasti Ming. Mereka memeluk agama Budha yang berpusat di Beijing, dan mereka akhirnya bertikai melawan saudara-saudaranya dari Khan- Khan Mongol yang beragama Islam di Asia Barat dan Rusia. Adalah Hulako Khan,9 saudara Mongke Khan dan Qubulay Khan, yang menyerang wilayah- wilayah Islam sampai ke Bagdad.

2.3.  Jenghis Khan
Jenghis Khan, juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, dll, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (sekitar 1162 sampai 18 Agustus 1227) adalah khan Mongol dan ketua militer yang menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia. Penggantinya akan meluaskan penguasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas dalam sejarah manusia. Dia merupakan kakek Kubilai Khan, pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di China.

Kehidupan awal
Jenghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin sekitar tahun 1162 dan 1167, anak sulung Yesügei, ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya. Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat.
Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar tepat pada saat ia pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat. Temujin pun dipanggil pulang untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan dendamnya dan menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin. Temujin berhasil tertangkap dan ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.

Latar perjuangan : Menyatukan Mongolia
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha, yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu demi waktu, wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri, Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei, ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis Khan; yang artinya "Khan dari Segala-galanya".

Memerangi kerajaan Jin
Nenek-moyang kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah utara China selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar untuk Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan. Salah satunya adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang besarnya lebih dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari keberhasilannya dalam merebut ibukota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini menjadi Beijing. Para seniman (artis), ahli senjata (terutama ahli senjata berat atau siege weapon), dan barang berharga, semuanya dibawa kembali ke Mongolia sebagai budak dan rampasan perang.

Invasi ke Timur Tengah
Sejarah mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh.
Populasi rakyat Timur Tengah berkurang hingga 1/10, dan wilayah Mongolia pun bertambah luas sampai kebagian barat benua Asia. Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab. Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis Khan.

Akhir hidup Jenghis Khan
Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kerajaan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogodai Khan. Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).

2.4.  Kubilai Khan
Kubilai Khan, Khubilai Khan, Kublai Khan atau "Khan Besar Terakhir" (23 September 1215 - 18 Februari 1294) adalah kaisar Mongol (1260-1294) dan juga pendiri Dinasti Yuan (1279-1294). Terlahir sebagai putra kedua dari Tului dan Sorghatani Beki, cucu dari Jenghis Khan. Ia menggantikan kakaknya Mongke pada tahun 1260. Saudaranya yang lain, Hulagu, menguasai Persia dan mendirikan Il-Khanate.

Masa kecil
Kubilai adalah cucu Jenghis Khan. Masa mudanya dihabiskan untuk mempelajari kebudayaan Tiongkok. Saat Mengke menjadi kaisar, Kubilai menjadi gubernur daerah Selatan Mongol. Saat menjabat, Kubilai meningkatkan hasil bumi provinsi Henan dan meninfkatkan kesejahteraan sosial Xi'an.Pada tahun 1253, Kubilai menyerang Yunnan. Kemudian ia menguasai dan menghancurkan kerajaan Dali. Pada tahun 1258, Mengke menunjuk Kubilai untuk memimpin Pasukan dari Timur untuk membantu menaklukkan Sichuan dan Yunnan. Sebelum tiba (1259), ada berita bahwa Mengke wafat. Saat itu Kubilai tetap menyerang Wuhan. Tak lama ia mendengar bahwa adiknya merebut tahta. Kubilai langsung berdamai dengan negeri Sung dan pulang ke arah utara padang Mongolia.
Kubilai dan adiknya masing-masing lalu mengangkat diri menjadi Khan. Pertempuran keduanya berlangsung selama 3 tahun, dimana Kubilai muncul sebagai pemenang. Saat itulah gubernur Yizhou, Li memberontak melawan Mongol. Kejadian ini menimbulkan rasa tidak percaya Kubilai terhadap bangsa Han. Saat berkuasa, Kubilai mengeluarkan hukum anti Han, seperti larangan gelar bagi penguasa daerah di Tiongkok.

Dinasti Yuan
Kubilai Khan kemudian mengangkat dirinya bukan saja sebagai Khan dari Kekaisaran Mongolia, namun juga sebagai Kaisar China, dan membangun Dinasti Yuan di tanah China. Ia lalu memerintahkan untuk memindahkan ibukota Mongol ke Beijing. Pada saat itu kerajaan Mongol mencapai zaman keemasannya dimana pedagang dari China dapat pergi berdagang di Eropa dengan aman. Para pedagang Eropa yang haus akan kain sutra pun dapat datang membeli barang dagangan di China dengan aman tentram. Marco Polo dari Italia tiba di China pada masa Dinasti Yuan, dan pernah dijadikan gubernur oleh Kubilai Khan. Hal inilah menandakan perdagangan langsun pertama kalinya muncul antar Eropa dan China, dimana permintaan Eropa akan porselein, ukiran, dan sutra dari China melaju tinggi.
Berbagai invasi ke negeri-negeri Asia Timur dan Asia Tenggara dilancarkan oleh pasukan-pasukan Kublai Khan. Tujuan utamanya ialah untuk memperluas pengaruh kekuasaan, melancarkan perdagangan dan menerima upeti dari negara-negara lain di Asia. Kekaisaran Dinasti Yuan mencapai batas terluasnya saat di bawah kekuasaan Kublai Khan, dengan penaklukan tuntasnya atas Dinasti Sung, yang terjadi pada tahun 1279. Kubilai Khan tidak hanya disibukan oleh peperangan, namun ia juga mempelajari tradisi China. Ia senang dengan kehidupan dan adat istiadat China. Artis, tukang pahat, tukang masak terbaik semua dikumpulkan di Beijing untuk memacu adat-istiadat negara. Marco Polo dikabarkan juga membawa banyak kekayaan budaya seperti sutra dan resep memasak dari China ke Italia.

Invasi ke Korea
Pasukan Mongol memasuki wilayah Korea pada tahun 1216. Pada saat itu hubungan berlangsung baik dikarenakan pasukan Mongol diperintahkan untuk menghancurkan angkatan perang Khitan. Pada saat itu hubungan antar kerajaan Koryo (Korea) dan kerajaan Khitan tidaklah berlangsung baik. Angkatan perang Khitan yang tidak mendapat bantuan pangan dari kerajaan Korea mengambil langkah untuk merebut pangan dari desa-desa di Korea untuk melawan kerajaan Mongolia. Raja Koryo memutuskan untuk bergabung dengan pasukan Mongolia dalam menghancurkan pasukan Khitan. Setelah perang usai, raja Koryo membuat perjanjian damai terhadap kerajaan Mongolia dan mengirim upeti tahunan. Namun upeti tersebut dirampas oleh kawanan perampok dan duta besar Mongolia terbunuh. Hal itu mengakibatkan kerajaan Mongol marah dan mengirim pasukan penghukumnya untuk memasuki wilayah Korea yang kedua kalinya.
Pertempuran terjadi sengit pada tahun 1231. Pasukan Mongol berhasil menawan raja Korea dan mendirikan perkemahan Mongol untuk mengamankan wilayah jajahannya. Kemudian sebagian besar pasukan mereka kembali ke negeri Mongol. Namun perkemahan tersebut diserang oleh para pemberontak. Hal itu menimbulkan invasi ketiga pada tahun 1254 yang mengakhiri hidup kerajaan Korea. Pada tahun 1258 seluruh wilayah Korea berhasil dikuasai oleh kerajaan Mongol. Raja Korea yang kabur ke pulau kecil Cheju, lalu mengawinkan putrinya kepada kerajaan Mongol pada tahun 1273. Pulau itulah yang kemudian dipakai oleh pihak Mongol untuk rencana invasi ke negeri Jepang.

Invasi ke Jepang
Invasi ke tanah Jepang dilakukan jauh sebelum invasi ke kerajaan di Asia Tenggara. Invasi ini berlangsung dua kali. Invasi pertama dilakukan pada tahun 1274 dimana pasukan Mongol bergabung dengan pasukan Korea (pada umumnya budak) mendarat di teluk Hakata. Ribuan pasukan yang berangkat dari Pusan (Korea) melewati pulau Tsushima dan Iki dengan mudah. Namun pada saat mereka hendak mencapai tanah Jepang, mereka diserang oleh badai Tsunami yang menghancurkan pasukan serta pangan mereka hingga tiga per empatnya. Pasukan yang mendarat di teluk Hakata tidak memiliki pangan dan senjata yang cukup untuk melawan pasukan Jepang. Mereka dihancurkan oleh pasukan Samurai. Kaisar Jepang memerintahkan pasukan China untuk dibebaskan karena mereka adalah penduduk dari Tang (kerajaan China pada zaman dinasti Tang mempunyai hubungan baik dengan Jepang). Sedangkan pasukan Mongolia dan Korea semuanya dihukum penggal. Pasukan Mongol yang dikirim ke Jepang itu berupa  gabungan dari tentara Mongolia sendiri dan budak-budak dari China dan Korea.
            Pada tahun 1281 ratusan ribu pasukan Mongol mendarat untuk kedua kalinya ditanah Jepang. Pasukan Samurai Jepang saat itu tidak mengerti dengan taktik perang Mongol. Menurut tradisi Jepang, sebelum perang dimulai, mereka harus mengadakan duel (satu lawan satu) antar panglima diatas kuda untuk mengukur kekuatan dan semangat lawan. Namun pada saat itu, tidak ada orang yang bisa berbicara bahasa Mongol dari jajaran pasukan Jepang. Pasukan Mongol sendiri tidak mengerti bahasa Jepang. Sehingga pada saat tantangan duel diteriakkan, ribuan pasukan Mongol maju menyerang secara membabi buta. Pasukan Samurai juga menderita oleh serangan Mongol yang berupa hujan anak panah. Secara tradisi pasukan Samurai berperang dengan memanah musuh secara akurat tidak seperti Mongol yang memanah musuh secara membabi buta dan dengan jumlah yang besar. Pasukan Mongol juga mengunakan "senjata guntur" (bom) untuk menghancurkan jajaran pasukan Samurai. Senjata guntur itu pertama kali diciptakan oleh kerajaan China. Senjata itu terbuat dari tanah liat dan dengan bentuk bola yang besar. Di dalam tanah liat tersebut diisi penuh dengan bubuk mesiu. Kemudian bola tanah liat itu diikat dengan tali dan diayukan kearah musuh. Ledakan bola tanah liat itu bagaikan guntur dan menakuti jajaran pasukan samurai dan kuda-kuda yang mereka tunggangi.
Setelah perang dimenangkan, ratusan ribu pasukan Mongol kembali ke perkemahan mereka di daerah pantai serta membakar desa-desa disekitarnya. Pada malam harinya terjadi Tsunami ganda yang menghancurkan perkemahan mereka serta kapal-kapal mereka lebih parah dengan apa yang terjadi pada tahun 1274. Tsunami ganda tersebut dinamakan Kamikaze, yang kemudian nama itu digunakan oleh kerajaan perang sebagai kode tempur dalam perang pasifik pada perang dunia ke 2. Pasukan Mongol yang tersisa sedikit tersebut kemudian dihancurkan oleh pasukan Jepang. Hal itu menandakan akhir invasi Mongol ke Jepang. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa kaisar Jepang mengakui kedaulatan Mongol serta mengirimkan upeti, hal itulah yang membuat Kubilai Khan puas dan mulai mengarahkan pandangannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara (Jawa, Vietnam, Kamboja, dsb).

Invasi ke Annam (Vietnam Utara)
Kubilai Khan menaruh perhatiannya ke wilayah Asia tenggara setelah ia berhasil menguasai seluruh wilayah Asia Timur. Ia mulai mengirim duta besarnya kepada puluhan kerajaan kecil untuk meminta upeti tahunan. Namun hal itu tidak berlangsung baik, arena banyak kerajaan yang tidak mengenal Mongolia dan bahkan mempermalukan duta besar mereka. Pasukan Mongolia lalu dikirimkan untuk menghancurkan kerajaan Champa, namun mereka tidak diperbolehkan untuk memasuki wilayah Annam. Hal ini menimbulkan amarah Kubilai Khan setelah pasukannya diserang secara tiba-tiba 1285. Pada tahun 1287 pasukan gelombang kedua tiba dan berhasil mengepung serta menghancurkan ibukota Annam, Hanoi. Raja Annam berhasil kabur ke selatan. Iklim tropis yang panas dan lembab di daerah itu memaksa pasukan Mongol untuk meninggalkan keberhasilan mereka setelah merebut kota Hanoi. Pada tahun 1288 panglima Mongol merasa tidak puas dan menyerang wilayah Annam untuk ketiga kalinya. Walaupun raja Annam berhasil melarikan diri, ia sadar bahwa pasukan Mongol tidak akan pernah berhenti menyerang tanpa adanya perjanjian damai. Raja Annam kemudian mengakui kekuatan Mongol dan mengirimkan upeti.

Invasi ke Champa (Vietnaam Selatan) dan Kamboja
Setelah kerajaan Annam berhasil dikuasai Mongol, pasukannya mulai berekspedisi ke arah selatan. Dalam tahun yang sama, raja Champa menyerah dan menyerahkan kekuasaan ketangan Mongolia seperti raja Annam. Mereka menjadi raja boneka yang dikontrol sepenuhnya oleh Kubilai Khan.

Invasi ke Tibet dan Thailand
Invasi ini berlangsung damai. Hal tersebut dikarenakan raja dari kerajaan tersebut mengakui kedaulatan Mongolia dan setuju untuk mengirimkan upeti terhadap kerajaan Mongol. Pada saat itu, Kubilai Khan juga disibukkan oleh berbagai perang dengan kerajaan lain, sehingga tidak ada pasukan yang dikirim untuk mendiami wilayah Tibet maupun Thailand.

Invasi ke Burma
Invasi ini berlangsung dikarenakan duta besar Mongol yang dibunuh oleh raja Burma. Kerajaan Burma pada saat itu sedang dalam zaman keemasan dengan memiliki pasukan yang berlimpah. Pasukan Burma pada umumnya berupa pasukan gajah. Namun hal itu tidak menjadi tantangan besar oleh pasukan Mongolia. Pada tahun 1277 dan 1283, pasukan Burma mengadakan invasi ketanah Mongolia di China untuk menunjukkan kekuatan mereka. Pasukan penghukum yang dipimpin oleh Temur (cucu Kubilai Khan) meratakan ibukota Burma, Pagan. Raja Burma berhasil kabur dari pertempuran tersebut, namun pada tahu 1287 seluruh wilayah Burma berada dalam kekuasaan Mongolia.


Invasi ke Jawa
Pada akhir tahun 1292 angkatan perang Mongol mulai dikirim ketanah Jawa dikarenakan duta besar mereka dipermalukan oleh kerajaan Singhasari dibawah rajanya Kertanagara. Pada tahun 1293 angkatan perang tersebut mendarat di Rembang dan mulai melaju kearah timur Jawa. Pada saat mereka tiba, tanah Jawa dipenuhi dengan kehancuran yang diakibatkan oleh perang, jauh sebelum mereka tiba. Kerajaan Singhasari sendiri sudah jauh hari dihancurkan oleh kerajaan Kediri. Pasukan Mongol yang tidak tahu apa yang harus mereka perbuat itu disiasati oleh Raden Wijaya untuk berontak melawan kerajaan Kediri. Raja Jayakatwang akhirnya tertangkap, dan Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang diberi nama Majapahit. Pasukan Mongolia kemudian diserang oleh Raden Wijaya sendiri dan diusir dari tanah Jawa. Panglima Mongol yang sudah kehilangan sedikitnya 3000 tentara dan dipengaruhi dengan iklim tropis yang lembab dan panas itu memutuskan untuk berlayar kembali ke tanah Mongolia dengan berbekal emas, budak dan hasil rampasan perang lainnya dari tanah Jawa. Namun setelah ia kembali, Kubilai Khan menjadi marah setelah mendengar cerita ekspedisinya. Panglima tersebut diberi hukuman 16 cambukan dan setengah dari kekayaannya disita kerajaan.


2.5.  Wilayah Kekuasaan Mongol
  1. Seluruh Tiongkok (dinasti Xia Barat, Song, Jin, dan Liao) dan Nanchao (Kerajaan Dali)
  2. Kerajaan Khawarezmi (bisa disebut juga wilayah Persia atau Iran-Irak-Azerbaijan sekarang ini)
  3. India bagian utara
  4. Beberapa negara di Asia Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand, Burma, dll)
  5. Timur Tengah atau Asia Barat Daya (Mesir, Yaman, sebagian Turki, dll)
  6. Sebagian wilayah Rusia
  7. Asia Tengah (Afganistan, negara2 pecahan Soviet: Ukraina, Georgia, Belarusia, Moldavia, dll)
  8. Mongolia
  9. Beberapa negara di Eropa Timur atau Eropa Tengah (Bulgaria, Hungaria, dll)
  10. Asia Timur (Korea, Jepang)
  11. Yerusalem (Israel, Palestina)

Wilayah yang diserang tetapi gagal
  1. Jepang berhasil mengusir pasukan Mongolia tetapi akhirnya mengirimkan upeti sehingga Kaisar Mongol merasa puas, dan kemudian memusatkan perhatiannya ke Asia Tenggara
  2. Jawa (Indonesia), gagal akibat pengkhianatan dan diusir oleh raja Majapahit, Raden Wijaya
  3. Negara-negara Eropa seperti Lithuania, Polandia, Austria, Moravia (Rep. Ceko timur), Dalmatia (Kroasia), Hungaria, dan pegunungan Carpathia. Pasukan Polandia, Hungaria dan Austria mengalami kekalahan besar tetapi wilayah mereka tidak jadi dikuasai karena pada saat itu Kaisar Mongolia (Ogadai Khan) meninggal sehingga pasukan Mongolia ditarik kembali ke Mongolia.
  4. Mesir, dinasti Mameluk berhasil mengusir dan menghancurkan tentara mongol pada masa pemerintahan Hulagu Khan bahkan mereka terus mendesak mongol hingga keluar dari Damaskus, Syria.
Catatan: Kekaisaran Mongolia juga pernah berencana menyerang negara Eropa Barat, seperti Perancis, Romawi dan negara-negara Eropa lainnya. Ahli-ahli sejarah menyatakan jika bukan karena kematian Ogadai Khan, maka kemungkinan seluruh Eropa akan dikuasai dan sejarah Eropa akan berubah.

2.6.  Dampak Kekuasaan Mongol
Apa dampak positif maupun negative kekuasaan Mongol. Dampak negative tentu lebih banyak dibandingkan dengan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol sejak dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan- perpustakaan yang mengoleksi banyak buku. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulako saja yang membunuh khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan oleh Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam, Argun Syamsuddin, seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor dihukum mati tahun 1284, Syihabuddin penggantinya juga dibunuh tahun 1289, dan Sa’id ad-Daulah yang orang Yahudi itu dihukum mati pula pada tahun 1289.
Bangsa Mongol yang asal mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih memeluk agama Budha, rupanya bersimpati kepada orang- orang Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalang-halangi dakwah Islam di kalangan Mongol, yang lebih fatal lagi ialah hancurnya Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilits perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulako. Suatu kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Para pemimpin memeluk agama Islam antara lain adalah disebabkan karena mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang, seperti yang dilakukan oleh Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan, walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya ia telah mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk Islam adalah karena pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialok dengannya, dan Nawruz, seorang Gubernurnya untuk beberapa propinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam, melarang riba’, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa seperti Mongol, Arab, Persia, Cina, Tibet dan Latin. Ia mati muda ketika berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang berat sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya itu ketika pasukannya kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan yang berusaha untuk menggusurnya dari kekuasaannya.
Sepeninggal Gazan digantikanlah oleh Uljaitu Khuda Banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran Syi’ah sebagai hukum resmi kerajaanya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas II Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di Tabriz, dan II Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang menghubungkan antara dunia Barat dan India serta Timur Jauh. Namun perselisihan dalam keluarga dinasti II Khaniyyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.

2.7.  Akhir Kerajaan Mongol
Kerajaan Mongol diakhiri oleh perebutan kekuasaan dan pemberontakan diseluruh jajaran wilayah Mongolia. Setelah kehancuran Dinasti Yuan di China, Kaisar Zhu Yuanzhang dari China mendirikan kerajaan Ming dan memerintahkan untuk mengadakan operasi balas dendam terhadap Mongolia. Ibukota Mongolia diratakan dengan tanah berserta seluruh harta karunnya. Setelah kerajaan Mongolia hancur, sejarah mencatat bahwa hanya dalam 1-2 generasi, rakyat China dan Eropa hilang hubungan dan tidak mengetahui sesamanya. Setelah itu Eropa tidak pernah tahu keberadaan negeri China, dan sebaliknya. Marco Polo yang pulang ke Italia dan memberitakan ekspedisi yang ia alami selama di China, dimana ia melihat vihara yang beratapkan emas, kerajaan yang berlimpah akan makanan dan harta itu, tidak dipercayai oleh orang Eropa. Namun ada seseorang yang percaya akan legenda yang diceritakan oleh Marco Polo. Ia adalah Columbus, yang mengadakan pelayaran untuk mencari dunia yang diceritakan oleh Marco Polo, dan akhirnya mendarat di benua baru yang dinamakan benua Amerika.
BAB 3
 PENUTUP

3.1.  Kesimpulan

            Asal mula bangsa Mongol adalah berasal dari masyarakat hutan yang mendiami Siberia dan Mongol. Di sekitar luar danau Baikal dan pegunungan Altani tepatnya di bagian barat laut Cina. Bangsa Mongol sendiri berasal dari tokohterkemuka di tempat tersebut yang bernama Alanja Khan. Kemudian bangsa Mongol meluaskan wilayahnya ke Tibet (Cina barat laut), dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215. Selanjutnya menundukkan Turkestan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarazm Syah. Invasi Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Chinggis yang disertai oleh para saudagar Islam.
            Kerajaan Mongol berakhir dissebabkan oleh perebutan kekuasaan dan pemberontakan yang terjadi di seluruh jajaran wilayah Mongolia.

3.2.  Saran

Seharusnya pembaca lebih memperdalam wawasan tentang Perkembangan Bangsa Mongol, yang nantinya berguna dalam mengatasi masalah atau problem yang berkaitan dengan hal tersebut. Dalam penyajian materi dalam hal-hal yang berkaitan dengan Bangsa Mongol harus lebih baik tentunya setelah mengambil bahan dari makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA