BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asal mula bangsa Mongol adalah dari masyarakat hutan yang
mendiami Siberia dan Mongol. Luar di sekitar danau Baikal dan pegunungan Altani
tepatnya di bagian barat laut Cina. Sebenarnya
mereka itu bukanlah suku nomad yang berpindah-pindah
dari satu stepa ke stepa yang lain, walapun mereka menaklukkan
banyak stepa dengan ketangkasannya menunggang kuda. Mereka adalah
penganut dari berbagai kepercayaan yang mirip dengan kepercayaan bangsa Indian
di Amerika Utara.
Bangsa Mongol berasal
dari seorang tokoh terkemuka setempat yang bernama Alanja Khan. Ia
memiliki dua orang putra, Tatar dan Mongol. Masing-masing keturunannya kemudian
berkembang menjadi bangsa Mongol dan Tatar. Pada abad ke 13 kedua bangsa ini
berselisih dan terlibat peperangan yang berakhir dengan kemenangan bangsa
Mongol. Setelah menjadi bangsa besar dengan menggabungkan suku-suku yang ada ,
Mongol mulai melebarkan wilayahnya dengan menaklukan daerah yang sebelumnya
dikuasai dinasti islam. Pada awalnya mereka belum memeluk islam, tetapi
keturunan Khulagu Khan(1217-1265) kemudian menganut agama islam.
Pemimpin atau Khan bangsa
Mongol yang pertama diketahui dalam sejarah adalah
Yesugei. Ia adalah ayah Chinggis (Chingis atau Jengis). Chinggis
aslinya bernama Temijin, seorang pandai besi yang mencuat namanya karena perselisihan yang dimenangkannya melawan Ong Khan atau Togril,
seorang kepala suku Kereyt. Chinggis sebenarnya adalah gelar
bagi Temujin yang diberikan kepadanya oleh sidang
kepala-kepala suku Mongol yang mengangkatnya sebagai
pemimpin tertinggi bangsa itu pada tahun 1206, atau juga disebut
Chingis Khan atau Raya yang Agung, ketika ia berumur 44 tahun. Perlu diketahui juga, bahwasannya bangsa Mongol adalah bangsa yang pemberani
dan tegar dalam berperang.
Kekaisaran Mongolia
dipimpin oleh Khagan (Khan Agung keturunan Jenghis Khan) secara turun-temurun.
Sesudah kematian Jenghis Khan, Kekaisaran Mongolia pada dasarnya terbagi
menjadi empat bagian yaitu; Dinasti Yuan
(Cina), Ilkhanate (Persia), Chagatai Khanate
(Asia Tengah), dan Golden Horde (Rusia). Semua wilayah
pembagian itu dipimpin oleh keturunan Jenghis Khan.Menurut ahli sejarah barat
R.J. Rummel, diperkirakan sekitar 30 juta orang terbunuh dibawah pemerintahan
Kekaisaran Mongolia dan sekitar setengah jumlah populasi Tiongkok habis dalam
50 tahun pemerintahan Mongolia.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
Bagaimana Agama bangsa Mongol?
1.2.2.
Bagaimana perkembangan Bangsa Mongol?
1.2.3.
Siapakah Jengis Khan?
1.2.4.
Siapakah Kubilai Khan?
1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1.
Agar pembaca mampu memahami bagaimana perkembangan Bangsa Mongol.
1.3.2.
Agar pembaca mampu mengidentifikasi bagaimana peran tokoh-tokoh di dalam
perkembangan bangsa Mongol
1.3.3.
Agar pembaca mengetahui invasi-invasi yang dilakukan oleh para tokoh di dalam
perkembangan Bangsa Mongol.
1.3.4.
Menambah wawasan bagi pembaca tentang sebab dan bagaimana proses keruntuhan Kerajaan
Mongol.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1. Agama Bangsa Mongol
Bangsa
Mongol tidak memeluk salah satu agama samawi dari ketiga
agama samawi. Padahal mereka hidup dan berinteraksi dengan
pengikut agama Yahudi, Kristen dan Islam. Jengis Khan
juga menyempurnakan moral masyarakatnya dengan undang-undang
yang dibuatnya, yaitu Ilyasa atau Yasaq. Disamping itu
juga, Jengis Khan juga mengatur kehidupan beragama dengan tidak boleh merugikan antara satu
pemeluk agama dengan yang lainnya. Sebagai konsekuensinya, rakyat Mongol harus
menghormati rajanya tentara yang mau perperang harus diinspeksi terlebih dahulu
dan perempuan harus siap membayar pajak jika lelakinya pergi berperang, ia juga
mendirikan pos untuk mengetahui berita tentang kerajaanya, ia melarang
penyerbuan terhadap agama, sekte agama dan mencegah terjadinya perbedaan dalam
agama. Ternyata Jengis Khan ingin mengambil hati kaum muslimin dengan tidak
mengusik kelompoknya, dan menghormati Nabi SAW, yang ketika itu Islam sudah
meluas hingga ke wilayahnya, guna menghadapi tantangan dan meluaskan wilyah ke
luar negeri, baik ke Cina maupun ke negeri-negeri Islam.
2.2. Perkembangan Bangsa Mongol
Bangsa Mongol meluaskan
wilayahnya ke Tibet (Cina barat laut), dan Cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215.
Selanjutnya menundukkan Turkestan
tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarazm Syah. Invasi Gubernur Khawarazm
membunuh para utusan Chinggis yang disertai oleh para saudagar Islam. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol
menyerbu wilayah Islam,
dan dapat menaklukkan Transoxania yang merupakan wilayah Khawarazm 1219-1220, padahal
sebelummnya, mereka justru hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota Bukhara di Samarkand
yang di dalamnya terdapat makam Imam Bukhari, salah seorang perawi Hadits
yang termasyhur,
dihancurkan, Balk, dan kota-kota lain yang mempunyai peradapan Islam yang tinggi, di Asia Tengah juga
tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin, penguasa Khawarazm yang berusaha meminta bantuan kepada khalifah Abbasiyah
di Bagdad, menghindarkan diri dari serbuan Mongol, ia diburu oleh lawannya
hingga ke India 1221, yang akhirnya ia lari ke Barat. Toluy, salah seorang anak
Chinggis, diutus ke Khurrasan sementara anaknya yang lain, yakni Jochi dan
Chaghatay bergerak untuk merebut wilayah sungai Sir Darya Bawah dan Khawarazm.
Wilayah kekuasaan Jengis Khan yang luas dibagi untuk empat
orang putranya sebelum ia meninggal dunia tahun 624/1227.Delapan pertama ialah
Jochi, anaknya yang sulung mendapat wilayah Siberia bagaian Barat dan Stepa
Qipchaq yang membentang hingga Rusia selatan, di dalamnya terdapat Khawarazm.
Namun ia meninggal dunia sebelum wafat ayahnya Jengis, dan wilayah warisannya
itu diberikan kepada anak Jochi yang bernama Batu atau Orda. Batu mendirikan Horde
(kelompok) Biru di Rusia Selatan sebagai pilar dasar berkembangnya Horde putih
di Siberia Barat. Kedua kelompok itu bergabung dalam abad ke 14 yang kemudian
muncul sebagai ke khanan yang bermacam ragamnya di Rusia, Siberia dan
Turkistan, termasuk di Crimea, Astrakhan, Qazan, Qasimov, Tiumen, Bukhara, dan
Khiva. Syaibaniyah atau Ozbeg, salah satu cabang keturunan Jochi berkuasa di
Khawarazm dan Transoxania dalam abad ke 15 dan 16.
Kedua adalah Chaghatay, mendapat wilayah berbentang ke
Timur, sejak dari Transocania hingga Turkistan Timur atau Turkistan Cina.
Cabang barat dari keturunan Chaghatai yang bermukim di Tranxosania segera masuk
ke dalam lingkungan pengaruh Islam, namun akhirnya dikalahkan oleh kekuasaan
Timur Lenk. Sedangkan cabang timur dari keturunan Chaghatay berkembang di
Semirechye, Ili, T’ien Syan di Tamrin. Mereka lebih tahan terhadap pengaruh
Islam, tetapi akhirnya mereka ikut membantu menyebarkan Islam di wilayah
Turkistan Cina dan bertahan disana hingga abad ke XVII.
Ketiga bernama Ogedey, adalah putra Jengis Khan yang
terpilih oleh dewan Pimpinan Mongol untuk menggantikan ayahnya sebagai Khan
Agung yang mempunyai wilayah di Pamirs dan Tien Syan. Tetapi dua generasi Khan
tertinggi jatuh ke tangan keturunan Toluy. Walaupun demikian, cucu Ogedey yang
bernama Qaydu dapat mempertahankan wilayahnya di Pamirs dan Tien Syan, mereka
berperang melawan anak turun Chaghatay dan Qubulay Khan, hingga ia meninggal
dunia tahun 1301.
Keempat adalah Tuli, si bungsu mendapat bagian wilayah
Mongolia sendiri. Anak-anaknya, yakni Mongke dan Qubulay menggantikan Ogedey
sebagai Khan Agung. Mongke bertahan di Mongolia yang ber ibu kota di Qaraqarum.
Sedangkan Qubulay Khan menaklukan Cina dan berkuasa disana yang dikenal sebagai
dinasti Yuan yang memerintah hingga abad ke-XIV, yang kemudian digantikan
dinasti Ming. Mereka memeluk agama Budha yang berpusat di Beijing, dan mereka
akhirnya bertikai melawan saudara-saudaranya dari Khan- Khan Mongol yang
beragama Islam di Asia Barat dan Rusia. Adalah Hulako Khan,9 saudara Mongke
Khan dan Qubulay Khan, yang menyerang wilayah- wilayah Islam sampai ke Bagdad.
2.3. Jenghis Khan
Jenghis Khan,
juga dieja
Genghis Khan,
Jinghis Khan,
Chinghiz Khan,
Chinggis
Khan,
Changaiz Khan, dll,
nama asalnya
Temüjin, juga dieja
Temuchin atau
TiemuZhen,
(sekitar
1162
sampai
18 Agustus
1227) adalah
khan Mongol dan
ketua
militer
yang menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan
Kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian
besar wilayah di
Asia,
termasuk utara
Tiongkok
(
Dinasti Jin),
Xia Barat,
Asia Tengah,
Persia,
dan
Mongolia.
Penggantinya akan meluaskan penguasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas
dalam sejarah manusia. Dia merupakan kakek
Kubilai Khan,
pemerintah Tiongkok bagi
Dinasti Yuan di China.
Kehidupan
awal
Jenghis Khan dilahirkan dengan nama Temüjin sekitar tahun
1162 dan 1167, anak sulung Yesügei, ketua suku Kiyad (Kiyan). Sedangkan nama
keluarga dari Yesügei adalah Borjigin (Borjigid). Temujin dinamakan seperti
nama ketua musuh yang ditewaskan ayahnya. Temujin lahir di daerah pegunungan Burhan
Haldun, dekat dengan sungai Onon dan Herlen. Ibu Temujin, Holun, berasal dari
suku Olkhunut. Kehidupan mereka berpindah-pindah layaknya seperti penduduk
Turki di Asia Tengah. Saat Berumur 9 tahun, Temujin dikirimkan keluar dari
sukunya karena ia akan jodohkan kepada Borte, putri dari suku Onggirat.
Ayah Temujin, Yesugei meninggal karena diracuni suku Tartar tepat pada saat ia
pulang setelah mengantar Temujin ke suku Onggirat. Temujin pun dipanggil pulang
untuk menemui ayahnya. Yesugei memberi pesan kepada Temujin untuk membalaskan
dendamnya dan menghancurkan suku Tartar di masa depan. Kehidupan Temujin
bertambah parah setelah hak kekuasaannya sebagai penerus kepala suku direbut
oleh orang lain dengan alasan umur Temujin yang masih terlalu muda. Temujin dan
keluarganya diusir dari sukunya karena ia ditakuti akan merebut kembali hak
kekuasaannya atas suku Borjigin. Hidup Temujin dan keluarganya sangat
menderita. Dengan perbekalan makanan yang sangat terbatas, Ia dan adik-adiknya
hidup dengan cara berburu. Pada saat ia menginjak remaja, kepala suku Borjigin
mengirimkan pasukan untuk membunuh Temujin. Temujin berhasil tertangkap dan
ditawan oleh musuhnya, namun ia berhasil kabur dari tahanan dan dengan
pertolongan dari orang-orang yang masih setia kepada Yesugei. Pada saat
menginjak dewasa, Temujin berjuang dan mengumpulkan kekuatannya sendiri.
Latar
perjuangan : Menyatukan Mongolia
Temujin mempunyai teman baik yang juga merupakan saudara
angkatnya, yang bernama Jamukha. Ia pernah berkali-kali ditolong oleh Jamukha,
yang merupakan keturunan dari suku Jadaran. Bersama-sama dengan saudara
angkatnya, Temujin berhasil merebut kembali hak kekuasaannya atas sukunya dan
juga perserikatan Mongolia yang didirikan ayahnya dahulu. Waktu demi waktu,
wilayah Temujin menjadi semakin besar, yang dilakukan dengan cara menghancurkan
musuh-musuhnya dan menggabungkan suku-suku dalam perserikatan Mongolia. Musuh
terbesar Temujin dalam sejarah ternyata adalah saudara angkatnya sendiri,
Jamukha, yang sering mengadu-domba Temujin dengan suku-suku lainnya, termasuk
ayah angkat Temujin sendiri yang bernama Wang Khan. Setelah Temujin berhasil
menyisihkan musuh-musuhnya dan melaksanakan perintah almarhum ayahnya, Yesugei,
ia kemudian juga berhasil membalaskan kematian nenek-moyangnya, yang dibunuh
oleh kerajaan Jin. Temujin kemudian diangkat menjadi Khan dengan gelar Jenghis
Khan; yang artinya "Khan dari Segala-galanya".
Memerangi kerajaan Jin
Nenek-moyang
kerajaan Jin berasal dari suku Jurchen. Suku Jurchen berhasil menguasai wilayah
utara China selama lebih dari 100 tahun. Hal ini akan menjadi kesulitan besar
untuk Jenghis Khan dalam menunaikan tugasnya. Kerajaan Jin memiliki jumlah
pasukan yang hampir mendekati jutaan jiwa (lebih dari 10 kali lipat dari
pasukan Jenghis Khan pada waktu itu). Mereka hidup aman dibalik tembok kerajaan
yang besar dan susah untuk diserang. Jenghis Khan berhasil meruntuhkan semangat
perang dan kekuataan kerajaan Jin dalam berbagai peperangan. Salah satunya
adalah perang di Tebing Serigala Liar, dimana Jenghis Khan yang hanya memiliki
pasukan tidak lebih dari 100.000 tentara berhasil membabat pasukan musuh yang
besarnya lebih dari setengah juta jiwa. Kejayaan Jenghis Khan terbukti dari
keberhasilannya dalam merebut ibukota kerajaan Jin, Dadu, yang sekarang ini
menjadi Beijing. Para seniman (artis), ahli senjata (terutama ahli senjata
berat atau siege weapon), dan barang berharga, semuanya dibawa kembali ke
Mongolia sebagai budak dan rampasan perang.
Invasi
ke Timur Tengah
Sejarah
mencatat invasi yang dipimpin oleh Jenghis Khan sendiri dengan ratusan ribu
tentara terpilih ke kerajaan Khawarizmi yang pada waktu itu menguasai seluruh
wilayah Timur Tengah diawali dengan pedagang Mongolia yang dibunuh dan harta
mereka dirampas oleh panglima Khawarizmi yang serakah. Keserakahan itu membawa
bencana bagi bangsanya. Jenghis Khan berhasil menawan dan menghukum mati
panglima tersebut dengan cara menuangkan logam panas ke matanya. Kerajaan
Khawarizmi menderita kerugian yang tidak terhitung. Amarah Jenghis Khan
bertambah setelah cucu kesayangannya terbunuh.
Populasi
rakyat Timur Tengah berkurang hingga 1/10, dan wilayah Mongolia pun bertambah
luas sampai kebagian barat benua Asia. Sejarah pernah mencatat bahwa pada saat
Jenghis Khan mundur kembali ke Mongolia, ia sempat memerintahkan dua jendral
terbaiknya, Jebe dan Subotai Baatur untuk menyelidiki daerah barat dan membasmi
sisa musuh sampai ke wilayah Russia. Jebe dan Subotai pernah menginjak daratan
Eropa pada saat itu, dan mengalami konfrontasi dan menghancurkan pasukan Salib
yang hendak menyerang wilayah Arab. Sumber konfrontasi itu diperkirakan terjadi
karena pasukan Salib dari Eropa mengira pasukan Mongol adalah pasukan Arab.
Wilayah Timur Tengah kemudian dibagi-bagi dan dikuasai oleh putra-putra Jenghis
Khan.
Akhir
hidup Jenghis Khan
Jenghis
Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan
kerajaan Abbasiyah untuk kesekian kalinya, namun ketidak-cakapan para pasukan
dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal
dalam perjalanan dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh
berhasil ditaklukan. Kuburan Jenghis Khan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh
orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan kepada putra ketiganya, Ogodai Khan.
Alasan Jenghis Khan menunjuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya,
disebabkan oleh keahlian yang dimiliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin
negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kedua kakaknya yang
sering bertempur satu sama lain).
2.4. Kubilai Khan
Masa
kecil
Kubilai adalah cucu Jenghis Khan. Masa mudanya dihabiskan
untuk mempelajari kebudayaan Tiongkok. Saat Mengke menjadi kaisar, Kubilai
menjadi gubernur daerah Selatan Mongol. Saat menjabat, Kubilai meningkatkan
hasil bumi provinsi Henan dan meninfkatkan kesejahteraan sosial Xi'an.Pada
tahun 1253, Kubilai menyerang Yunnan. Kemudian ia menguasai dan menghancurkan
kerajaan Dali. Pada tahun 1258, Mengke menunjuk Kubilai untuk memimpin Pasukan
dari Timur untuk membantu menaklukkan Sichuan dan Yunnan. Sebelum tiba (1259),
ada berita bahwa Mengke wafat. Saat itu Kubilai tetap menyerang Wuhan. Tak lama
ia mendengar bahwa adiknya merebut tahta. Kubilai langsung berdamai dengan
negeri Sung dan pulang ke arah utara padang Mongolia.
Kubilai dan adiknya masing-masing lalu mengangkat diri
menjadi Khan. Pertempuran keduanya berlangsung selama 3 tahun, dimana Kubilai
muncul sebagai pemenang. Saat itulah gubernur Yizhou, Li memberontak melawan
Mongol. Kejadian ini menimbulkan rasa tidak percaya Kubilai terhadap bangsa
Han. Saat berkuasa, Kubilai mengeluarkan hukum anti Han, seperti larangan gelar
bagi penguasa daerah di Tiongkok.
Dinasti
Yuan
Kubilai Khan kemudian mengangkat dirinya bukan saja sebagai
Khan dari Kekaisaran Mongolia, namun juga sebagai Kaisar China, dan membangun
Dinasti Yuan di tanah China. Ia lalu memerintahkan untuk memindahkan ibukota
Mongol ke Beijing. Pada saat itu kerajaan Mongol mencapai zaman keemasannya
dimana pedagang dari China dapat pergi berdagang di Eropa dengan aman. Para
pedagang Eropa yang haus akan kain sutra pun dapat datang membeli barang
dagangan di China dengan aman tentram. Marco Polo dari Italia tiba di China
pada masa Dinasti Yuan, dan pernah dijadikan gubernur oleh Kubilai Khan. Hal
inilah menandakan perdagangan langsun pertama kalinya muncul antar Eropa dan
China, dimana permintaan Eropa akan porselein, ukiran, dan sutra dari China
melaju tinggi.
Berbagai invasi ke negeri-negeri Asia Timur dan Asia
Tenggara dilancarkan oleh pasukan-pasukan Kublai Khan. Tujuan utamanya ialah
untuk memperluas pengaruh kekuasaan, melancarkan perdagangan dan menerima upeti
dari negara-negara lain di Asia. Kekaisaran Dinasti Yuan mencapai batas
terluasnya saat di bawah kekuasaan Kublai Khan, dengan penaklukan tuntasnya
atas Dinasti Sung, yang terjadi pada tahun 1279. Kubilai Khan tidak hanya
disibukan oleh peperangan, namun ia juga mempelajari tradisi China. Ia senang
dengan kehidupan dan adat istiadat China. Artis, tukang pahat, tukang masak
terbaik semua dikumpulkan di Beijing untuk memacu adat-istiadat negara. Marco
Polo dikabarkan juga membawa banyak kekayaan budaya seperti sutra dan resep
memasak dari China ke Italia.
Invasi
ke Korea
Pasukan Mongol memasuki wilayah Korea pada tahun 1216. Pada
saat itu hubungan berlangsung baik dikarenakan pasukan Mongol diperintahkan
untuk menghancurkan angkatan perang Khitan. Pada saat itu hubungan antar
kerajaan Koryo (Korea) dan kerajaan Khitan tidaklah berlangsung baik. Angkatan
perang Khitan yang tidak mendapat bantuan pangan dari kerajaan Korea mengambil
langkah untuk merebut pangan dari desa-desa di Korea untuk melawan kerajaan
Mongolia. Raja Koryo memutuskan untuk bergabung dengan pasukan Mongolia dalam
menghancurkan pasukan Khitan. Setelah perang usai, raja Koryo membuat
perjanjian damai terhadap kerajaan Mongolia dan mengirim upeti tahunan. Namun
upeti tersebut dirampas oleh kawanan perampok dan duta besar Mongolia terbunuh.
Hal itu mengakibatkan kerajaan Mongol marah dan mengirim pasukan penghukumnya
untuk memasuki wilayah Korea yang kedua kalinya.
Pertempuran terjadi sengit pada tahun 1231. Pasukan Mongol berhasil menawan
raja Korea dan mendirikan perkemahan Mongol untuk mengamankan wilayah
jajahannya. Kemudian sebagian besar pasukan mereka kembali ke negeri Mongol.
Namun perkemahan tersebut diserang oleh para pemberontak. Hal itu menimbulkan
invasi ketiga pada tahun 1254 yang mengakhiri hidup kerajaan Korea. Pada tahun
1258 seluruh wilayah Korea berhasil dikuasai oleh kerajaan Mongol. Raja Korea
yang kabur ke pulau kecil Cheju, lalu mengawinkan putrinya kepada kerajaan
Mongol pada tahun 1273. Pulau itulah yang kemudian dipakai oleh pihak Mongol
untuk rencana invasi ke negeri Jepang.
Invasi
ke Jepang
Invasi ke tanah Jepang dilakukan jauh sebelum invasi ke kerajaan
di Asia Tenggara. Invasi ini berlangsung dua kali. Invasi pertama dilakukan
pada tahun 1274 dimana pasukan Mongol bergabung dengan pasukan Korea (pada
umumnya budak) mendarat di teluk Hakata. Ribuan pasukan yang berangkat dari
Pusan (Korea) melewati pulau Tsushima dan Iki dengan mudah. Namun pada saat
mereka hendak mencapai tanah Jepang, mereka diserang oleh badai Tsunami yang
menghancurkan pasukan serta pangan mereka hingga tiga per empatnya. Pasukan
yang mendarat di teluk Hakata tidak memiliki pangan dan senjata yang cukup
untuk melawan pasukan Jepang. Mereka dihancurkan oleh pasukan Samurai. Kaisar
Jepang memerintahkan pasukan China untuk dibebaskan karena mereka adalah
penduduk dari Tang (kerajaan China pada zaman dinasti Tang mempunyai hubungan baik
dengan Jepang). Sedangkan pasukan Mongolia dan Korea semuanya dihukum penggal.
Pasukan Mongol yang dikirim ke Jepang itu berupa gabungan dari tentara Mongolia sendiri dan
budak-budak dari China dan Korea.
Pada tahun
1281 ratusan ribu pasukan Mongol mendarat untuk kedua kalinya ditanah Jepang.
Pasukan Samurai Jepang saat itu tidak mengerti dengan taktik perang Mongol.
Menurut tradisi Jepang, sebelum perang dimulai, mereka harus mengadakan duel
(satu lawan satu) antar panglima diatas kuda untuk mengukur kekuatan dan
semangat lawan. Namun pada saat itu, tidak ada orang yang bisa berbicara bahasa
Mongol dari jajaran pasukan Jepang. Pasukan Mongol sendiri tidak mengerti
bahasa Jepang. Sehingga pada saat tantangan duel diteriakkan, ribuan pasukan
Mongol maju menyerang secara membabi buta. Pasukan Samurai juga menderita oleh
serangan Mongol yang berupa hujan anak panah. Secara tradisi pasukan Samurai
berperang dengan memanah musuh secara akurat tidak seperti Mongol yang memanah
musuh secara membabi buta dan dengan jumlah yang besar. Pasukan Mongol juga
mengunakan "senjata guntur" (bom) untuk menghancurkan jajaran pasukan
Samurai. Senjata guntur itu pertama kali diciptakan oleh kerajaan China.
Senjata itu terbuat dari tanah liat dan dengan bentuk bola yang besar. Di dalam
tanah liat tersebut diisi penuh dengan bubuk mesiu. Kemudian bola tanah liat
itu diikat dengan tali dan diayukan kearah musuh. Ledakan bola tanah liat itu
bagaikan guntur dan menakuti jajaran pasukan samurai dan kuda-kuda yang mereka
tunggangi.
Setelah perang dimenangkan, ratusan ribu pasukan Mongol
kembali ke perkemahan mereka di daerah pantai serta membakar desa-desa
disekitarnya. Pada malam harinya terjadi Tsunami ganda yang menghancurkan
perkemahan mereka serta kapal-kapal mereka lebih parah dengan apa yang terjadi
pada tahun 1274. Tsunami ganda tersebut dinamakan Kamikaze, yang kemudian nama
itu digunakan oleh kerajaan perang sebagai kode tempur dalam perang pasifik
pada perang dunia ke 2. Pasukan Mongol yang tersisa sedikit tersebut kemudian
dihancurkan oleh pasukan Jepang. Hal itu menandakan akhir invasi Mongol ke
Jepang. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa kaisar Jepang mengakui
kedaulatan Mongol serta mengirimkan upeti, hal itulah yang membuat Kubilai Khan
puas dan mulai mengarahkan pandangannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara
(Jawa, Vietnam, Kamboja, dsb).
Invasi
ke Annam (Vietnam Utara)
Kubilai Khan menaruh perhatiannya ke wilayah Asia tenggara
setelah ia berhasil menguasai seluruh wilayah Asia Timur. Ia mulai mengirim
duta besarnya kepada puluhan kerajaan kecil untuk meminta upeti tahunan. Namun
hal itu tidak berlangsung baik, arena banyak kerajaan yang tidak mengenal
Mongolia dan bahkan mempermalukan duta besar mereka. Pasukan Mongolia lalu
dikirimkan untuk menghancurkan kerajaan Champa, namun mereka tidak
diperbolehkan untuk memasuki wilayah Annam. Hal ini menimbulkan amarah Kubilai
Khan setelah pasukannya diserang secara tiba-tiba 1285. Pada tahun 1287 pasukan
gelombang kedua tiba dan berhasil mengepung serta menghancurkan ibukota Annam,
Hanoi. Raja Annam berhasil kabur ke selatan. Iklim tropis yang panas dan lembab
di daerah itu memaksa pasukan Mongol untuk meninggalkan keberhasilan mereka
setelah merebut kota Hanoi. Pada tahun 1288 panglima Mongol merasa tidak puas
dan menyerang wilayah Annam untuk ketiga kalinya. Walaupun raja Annam berhasil
melarikan diri, ia sadar bahwa pasukan Mongol tidak akan pernah berhenti
menyerang tanpa adanya perjanjian damai. Raja Annam kemudian mengakui kekuatan
Mongol dan mengirimkan upeti.
Invasi
ke Champa (Vietnaam Selatan) dan Kamboja
Setelah kerajaan Annam berhasil dikuasai Mongol, pasukannya
mulai berekspedisi ke arah selatan. Dalam tahun yang sama, raja Champa menyerah
dan menyerahkan kekuasaan ketangan Mongolia seperti raja Annam. Mereka menjadi
raja boneka yang dikontrol sepenuhnya oleh Kubilai Khan.
Invasi
ke Tibet dan Thailand
Invasi ini berlangsung damai. Hal tersebut dikarenakan raja
dari kerajaan tersebut mengakui kedaulatan Mongolia dan setuju untuk
mengirimkan upeti terhadap kerajaan Mongol. Pada saat itu, Kubilai Khan juga
disibukkan oleh berbagai perang dengan kerajaan lain, sehingga tidak ada
pasukan yang dikirim untuk mendiami wilayah Tibet maupun Thailand.
Invasi
ke Burma
Invasi ini berlangsung dikarenakan duta besar Mongol yang dibunuh
oleh raja Burma. Kerajaan Burma pada saat itu sedang dalam zaman keemasan
dengan memiliki pasukan yang berlimpah. Pasukan Burma pada umumnya berupa
pasukan gajah. Namun hal itu tidak menjadi tantangan besar oleh pasukan
Mongolia. Pada tahun 1277 dan 1283, pasukan Burma mengadakan invasi ketanah
Mongolia di China untuk menunjukkan kekuatan mereka. Pasukan penghukum yang
dipimpin oleh Temur (cucu Kubilai Khan) meratakan ibukota Burma, Pagan. Raja
Burma berhasil kabur dari pertempuran tersebut, namun pada tahu 1287 seluruh
wilayah Burma berada dalam kekuasaan Mongolia.
Invasi
ke Jawa
Pada akhir tahun 1292 angkatan perang Mongol mulai dikirim
ketanah Jawa dikarenakan duta besar mereka dipermalukan oleh kerajaan
Singhasari dibawah rajanya Kertanagara. Pada tahun 1293 angkatan perang
tersebut mendarat di Rembang dan mulai melaju kearah timur Jawa. Pada saat
mereka tiba, tanah Jawa dipenuhi dengan kehancuran yang diakibatkan oleh
perang, jauh sebelum mereka tiba. Kerajaan Singhasari sendiri sudah jauh hari
dihancurkan oleh kerajaan Kediri. Pasukan Mongol yang tidak tahu apa yang harus
mereka perbuat itu disiasati oleh Raden Wijaya untuk berontak melawan kerajaan
Kediri. Raja Jayakatwang akhirnya tertangkap, dan Raden Wijaya mendirikan
kerajaan yang diberi nama Majapahit. Pasukan Mongolia kemudian diserang oleh
Raden Wijaya sendiri dan diusir dari tanah Jawa. Panglima Mongol yang sudah
kehilangan sedikitnya 3000 tentara dan dipengaruhi dengan iklim tropis yang
lembab dan panas itu memutuskan untuk berlayar kembali ke tanah Mongolia dengan
berbekal emas, budak dan hasil rampasan perang lainnya dari tanah Jawa. Namun
setelah ia kembali, Kubilai Khan menjadi marah setelah mendengar cerita
ekspedisinya. Panglima tersebut diberi hukuman 16 cambukan dan setengah dari
kekayaannya disita kerajaan.
2.5. Wilayah Kekuasaan Mongol
- Seluruh Tiongkok (dinasti Xia Barat, Song, Jin, dan Liao) dan Nanchao (Kerajaan Dali)
- Kerajaan Khawarezmi (bisa disebut juga wilayah
Persia atau Iran-Irak-Azerbaijan sekarang ini)
- India bagian utara
- Beberapa negara di Asia
Tenggara (Vietnam, Kamboja, Thailand, Burma, dll)
- Timur Tengah atau Asia Barat
Daya (Mesir, Yaman, sebagian Turki, dll)
- Sebagian wilayah Rusia
- Asia Tengah (Afganistan,
negara2 pecahan Soviet: Ukraina, Georgia, Belarusia, Moldavia, dll)
- Mongolia
- Beberapa negara di Eropa Timur
atau Eropa Tengah (Bulgaria, Hungaria, dll)
- Asia Timur (Korea, Jepang)
- Yerusalem (Israel, Palestina)
Wilayah yang diserang tetapi gagal
- Jepang berhasil mengusir
pasukan Mongolia tetapi akhirnya mengirimkan upeti sehingga Kaisar Mongol
merasa puas, dan kemudian memusatkan perhatiannya ke Asia Tenggara
- Jawa (Indonesia), gagal akibat
pengkhianatan dan diusir oleh raja Majapahit, Raden Wijaya
- Negara-negara Eropa seperti
Lithuania, Polandia, Austria, Moravia (Rep. Ceko timur), Dalmatia
(Kroasia), Hungaria, dan pegunungan Carpathia. Pasukan Polandia, Hungaria
dan Austria mengalami kekalahan besar tetapi wilayah mereka tidak jadi
dikuasai karena pada saat itu Kaisar Mongolia (Ogadai Khan) meninggal
sehingga pasukan Mongolia ditarik kembali ke Mongolia.
- Mesir, dinasti Mameluk berhasil
mengusir dan menghancurkan tentara mongol pada masa pemerintahan Hulagu Khan bahkan mereka terus mendesak mongol hingga keluar dari
Damaskus, Syria.
Catatan:
Kekaisaran Mongolia juga pernah berencana menyerang negara Eropa Barat, seperti
Perancis, Romawi dan negara-negara Eropa lainnya. Ahli-ahli sejarah menyatakan
jika bukan karena kematian Ogadai Khan, maka kemungkinan seluruh Eropa akan
dikuasai dan sejarah Eropa akan berubah.
2.6. Dampak Kekuasaan Mongol
Apa dampak positif maupun
negative kekuasaan Mongol. Dampak negative tentu lebih banyak
dibandingkan dengan dampak positifnya. Kehancuran tampak jelas dimana-mana dari serangan Mongol sejak
dari wilayah timur hingga ke barat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan
perpustakaan- perpustakaan
yang mengoleksi banyak buku. Pembunuhan terhadap umat Islam terjadi, bukan hanya pada masa Hulako
saja yang membunuh
khalifah Abbasiyyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap
umat Islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan oleh
Argun Khan ke empat pada dinasti II Khaniyyah terhadap Takudar sebagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk Islam, Argun Syamsuddin,
seorang administrator dari keluarga Juwaini yang tersohor
dihukum mati tahun 1284, Syihabuddin penggantinya juga
dibunuh tahun 1289, dan Sa’id ad-Daulah yang orang Yahudi
itu dihukum mati pula pada tahun 1289.
Bangsa Mongol yang asal
mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih
memeluk agama Budha, rupanya bersimpati kepada orang- orang
Kristen yang bangkit kembali pada masa itu dan menghalang-halangi dakwah Islam di kalangan Mongol, yang lebih fatal lagi ialah hancurnya
Baghdad sebagai pusat dinasti Abbasiyyah yang di dalamnya
terdapat berbagai macam tempat belajar dengan fasilits
perpustakaan, hilang lenyap dibakar oleh Hulako. Suatu
kerugian besar bagi khazanah ilmu pengetahuan yang dampaknya masih dirasakan hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya dinasti Mongol
ini setelah para pemimpinnya memeluk agama Islam. Para pemimpin memeluk agama
Islam antara lain adalah disebabkan karena mereka berasimilasi dan bergaul
dengan masyarakat Muslim dalam jangka panjang, seperti yang dilakukan oleh
Gazan Khan (1295-1304) yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan,
walaupun ia pada mulanya beragama Budha. Rupanya ia telah mempelajari ajaran
agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih mendorongnya masuk
Islam adalah karena pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar
dan ahli sejarah yang terkemuka yang selalu berdialok dengannya, dan Nawruz,
seorang Gubernurnya untuk beberapa propinsi Syiria. Ia menyuruh kaum Kristen
dan Yahudi untuk membayar Jizyah, dan memerintahkan mencetak uang yang
bercirikan Islam, melarang riba’, dan menyuruh para pemimpinnya menggunakan
sorban. Ia gemar pada seni dan ilmu pengetahuan, menguasai beberapa bahasa
seperti Mongol, Arab, Persia, Cina, Tibet dan Latin. Ia mati muda ketika
berumur 32 tahun, karena tekanan batin yang
berat sehingga ia sakit yang menyebabkan kematiannya itu
ketika pasukannya kalah di Syiria dan munculnya sebuah komplotan
yang berusaha untuk menggusurnya dari kekuasaannya.
Sepeninggal
Gazan digantikanlah oleh Uljaitu Khuda
Banda (1305-1316) yang memberlakukan aliran Syi’ah
sebagai hukum resmi kerajaanya. Ia mendirikan ibu kota baru yang bernama Sultaniyyah dekat Qazwain yang dibangun dengan arsitektur khas
II Khaniyyah. Banyak koloni dagang Italia terdapat di
Tabriz, dan II Khaniyyah menjadi pusat pedagangan yang
menghubungkan antara dunia Barat dan India serta Timur
Jauh. Namun perselisihan dalam keluarga dinasti II Khaniyyah menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka.
2.7. Akhir Kerajaan Mongol
Kerajaan Mongol
diakhiri oleh perebutan kekuasaan dan pemberontakan diseluruh jajaran wilayah
Mongolia. Setelah kehancuran Dinasti Yuan di China, Kaisar Zhu Yuanzhang dari
China mendirikan kerajaan Ming dan memerintahkan untuk mengadakan operasi balas
dendam terhadap Mongolia. Ibukota Mongolia diratakan dengan tanah berserta
seluruh harta karunnya. Setelah kerajaan Mongolia hancur, sejarah mencatat
bahwa hanya dalam 1-2 generasi, rakyat China dan Eropa hilang hubungan dan
tidak mengetahui sesamanya. Setelah itu Eropa tidak pernah tahu keberadaan
negeri China, dan sebaliknya. Marco Polo yang pulang ke Italia dan memberitakan
ekspedisi yang ia alami selama di China, dimana ia melihat vihara yang
beratapkan emas, kerajaan yang berlimpah akan makanan dan harta itu, tidak
dipercayai oleh orang Eropa. Namun ada seseorang yang percaya akan legenda yang
diceritakan oleh Marco Polo. Ia adalah Columbus, yang mengadakan pelayaran
untuk mencari dunia yang diceritakan oleh Marco Polo, dan akhirnya mendarat di
benua baru yang dinamakan benua Amerika.
BAB
3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asal
mula bangsa Mongol adalah berasal dari masyarakat hutan yang mendiami Siberia
dan Mongol. Di sekitar luar danau Baikal dan pegunungan Altani tepatnya di
bagian barat laut Cina. Bangsa Mongol sendiri berasal dari tokohterkemuka di
tempat tersebut yang bernama Alanja Khan. Kemudian bangsa Mongol meluaskan wilayahnya ke Tibet (Cina barat laut), dan Cina, 1213, serta dapat
menaklukkan Beijing tahun 1215. Selanjutnya menundukkan Turkestan tahun 1218 yang berbatasan
dengan wilayah Islam, yakni Khawarazm Syah. Invasi Gubernur Khawarazm membunuh para utusan Chinggis yang
disertai oleh para
saudagar Islam.
Kerajaan
Mongol berakhir dissebabkan oleh perebutan kekuasaan dan pemberontakan yang
terjadi di seluruh jajaran wilayah Mongolia.
3.2. Saran
Seharusnya pembaca lebih
memperdalam wawasan tentang Perkembangan Bangsa Mongol, yang nantinya berguna
dalam mengatasi masalah atau problem yang berkaitan dengan hal tersebut. Dalam
penyajian materi dalam hal-hal yang berkaitan dengan Bangsa Mongol harus lebih
baik tentunya setelah mengambil bahan dari makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA